Bisnis.com, JAKARTA—PT Indofarma Tbk. meningkatkan aktivitas riset dengan sejumlah instansi untuk mengejar target kemandirian bahan baku farmasi.
Sekretaris Perusahaan Indofarma Yasser Arafat mengatakan ketersediaan bahan baku farmasi masih menjadi barang mewah bagi perusahaan farmasi. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, emiten berkode INAF ini menggandeng kerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi serta Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
“Selama ini anggaran riset kami rata-rata sekitar Rp10 miliar per tahun,” katanya kepada Bisnis, Jumat (17/4).
Yasser menuturkan, anggaran tersebut sebenarnya jauh dari kata ideal. Pasalnya, seharusnya perusahaan farmasi menggelontorkan 10%-20% dari pendapatan untuk aktivitas riset. Namun, perusahaan pelat merah ini mengaku akan fokus memperbaiki kinerja keuangan terlebih dahulu sebelum meningkatkan riset.
Bagi industri farmasi, isu bahan baku memang menjadi perseoalan utama. Pasalnya, porsi impor ini mencapai sekitar 90% terhadap total kebutuhan bahan baku. Hal ini menjadi perseolan ketika mata uang rupiah terus terdepresiasi seperti saat ini.
Selain Indofarma, perusahaan lain yang juga ingin mewujudkan kemandirian bahan baku adalah PT kimia Farma Tbk. (KAEF). Perusahaan negara tersebut kini tengah melakukan kajian dengan menggandeng konsultan asal Korea Selatan untuk membangun pabrik bahan baku farmasi.
Dikretur Utama Kimia Farma Rusdi Rosman menuturkan pabrik ini akan direalisasikan jika harga bahan baku yang diproduksi bisa lebih murah ketimbang bahan baku impor.