Bisnis.com, JAKARTA— South East Asia Iron and Steel Institute, asosiasi besi dan baja Asia tenggara, menyatakan produksi baja mentah China pada kuartal I/2015 mengalami penurunan pertama kali secara year on year dalam 20 tahun terakhir.
Menurut data Biro Statistik Nasional China, produksi baja mentah pada periode ini mencapai 200,1 juta metrik ton atau turun 1,7% dari tahun sebelumnya. Padahal, sejak tahun 1995 pertumbuhan produksi pada kuartal pertama belum pernah turun.
Turunnya produksi baja oleh produsen terbesar di dunia ini mencerminkan melambatnya laju pembangunan konstruksi dan terjadinya pergeseran pertumbuhan ekspor.
Sejumlah analis memperkirakan penurunan produksi China akan berlangsung lebih dalam seiring dengan langkah pemerintah memangkas kelebihan kapasitas dan mengurangi polusi udara.
Selain itu, pemerintah juga berupaya mengubah arah penggerak pembangunan negara ekonomi terbesar kedua di dunia ini kepada konsumsi dan jasa.
“Mengingat China telah menutup sejumlah pabrik baja, maka penurunan produksi yang terjadi masih lebih rendah dari yang kami perkirakan,” ujar Helen Lau, analis logam dan pertambangan Argonaut Securities Ltd. di Hong Kong, Kamis (16/4/2015).
Menurutnya, pemerintah telah menutup sejumlah perusahaan dengan keuntungan kecil yang menghasilkan polusi tinggi. Hal ini memberi peluang kepada perusahaan besar untuk merebut pangsa pasar yang ditinggalkan.
Akibat kebijakan ini, China Iron & Steel Association mengatakan permintaan bijih besi di China, pembeli terbesar bahan baku pembuatan baja di dunia, diperkirakan terus melemah karena kontrak permintaan baja yang turun.
Sementara itu, pertumbuhan produk domestik bruto China dalam tiga bulan pertama tahun ini hanya mencapai 7%. Capaian tersebut, menurut Biro Statistik nasional menjadi pertumbuhan terlemah sejak 2009. Kendati demikian, hal ini sesuai dengan target pemerintah untuk 2015.
Biro Statistik Nasional juga menyatakan pertumbuhan pembangunan properti baru pada periode ini turun mencapai 18%. Selain itu, produksi semen pada Maret 2015 bahkan anjlok 21%, penurunan terbesar sejak 1995.