Bisnis.com, JAKARTA—Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia siap mendukung rencana pemerintah dalam membangun ketahanan pangan.
Komitmen ini disampaikan Ketua Panitia Pengarah Jakarta Food Security Summit (JFSS) 3 yang juga Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Agribisnis dan Pangan, Franky O. Widjaja setelah melaporkan hasil kegiatan JFSS-3 kepada Presiden RI Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Selasa (14/4/2015).
Turut hadir dalam pertemuan tersebut, yakni Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto bersama jajaran Wakil Ketua Umum Kadin lainnya.
Presiden Joko Widodo saat membuka JFSS-3, yang kembali disampaikannya dalam rapat kabinet terbatas yang juga mengundang sejumlah pengusaha nasional 8 April 2015 lalu menyebutkan keinginan pemerintah membangun ketahanan pangan dan energi sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani yang mengusahakan perkebunan dan sawah.
“Keberlangsungan dan keberhasilan rencana ini akan sangat bergantung pada ketersediaan lahan serta kepastian tata ruang. Langkah pemerintah menginisiasi kebijakan satu peta adalah sesuatu yang positif,” kata Franky, Selasa (14/4/2015).
Berikut lima hasil JFSS ke-3 yang dilaporkan kepada presiden, yakni pemberdayaan koperasi, skema pembiayaan yang inovatif, praktik pertanian dan agribisnis terbaik, teknologi dan rekayasa, serta ekspor produk bernilai tambah.
Pemberdayaan Koperasi
Upaya pemerintah membangun swasembada dan ketahanan pangan seiring dengan peningkatan kesejahteraan para petani dilakukan melalui koperasi sebagai wadahnya. Peningkatan peran dan kompetensi koperasi akan menjadi kunci sukses.
Skema Pembiayaan yang Inovatif
Kadin saat ini berupaya mendorong peremajaan tanaman komoditas pangan yang sudah tidak produktif melalui koperasi, diawali dengan tanaman sawit seluas 2 juta hektare berikut penyiapan skema pembiayaan bagi petani melalui program plasma.
Sektor ini merupakan contoh sukses kemitraan lintas pihak dan penyediaan pembiayaan saat diinisiasi awal dekade 80-an. Hasilnya, Indonesia hingga kini adalah produsen minyak kelapa sawit terbesar dunia.
Dengan sedikit penyesuaian, menurutnya, keberadaan skema pembiayaan seperti yang ada di sektor perkebunan sawit dapat menjadi dasar pengembangan skema sejenis di sektor komoditas pangan lainnya, dimana tersedia skema kredit dengan bunga rendah.
Praktik Pertanian dan Agribisnis Terbaik
Upaya membangun ketahanan pangan akan menempatkan petani termasuk pula peternak dan nelayan selaku ujung tombak.
Kemitraan sektor swasta dan pemerintah dengan memberdayaan koperasi akan membantu petani menjadi semakin terlatih menerapkan praktik pertanian atau agribisnis terbaik, mendapatkan dukungan infrastruktur yang memadai, memiliki akses atas bibit unggul dan pupuk, berikut membukakan pangsa pasar bagi produk mereka.
Pendekatan semacam ini – termasuk di dalamnya praktik yang ramah lingkungan – diharapkan bisa meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan para petani secara bersamaan.
Teknologi dan Rekayasa
Kadin menilai, praktik pertanian atau agribisnis terbaik tidak terlepaskan dari dukungan teknologi, penelitian serta pengembangan. Pemanfaatan teknologi genetic modified organism (GMO) di berbagai negara maju terbukti membantu meningkatkan produktivitas para petani.
“Pemerintah bersama para pemangku kepentingan terkait perlu menyamakan persepsi mengenai hal ini, berikut melakukan sosialisasi yang memadai, agar kita bisa mendapatkan manfaat bersama dari produk rekayasa genetika.”
Ekspor Produk Bernilai Tambah
Selain itu, sinergi pemerintah, swasta, kalangan akademik, dan organisasi masyarakat sipil, seperti yang selama ini berlangsung dalam ajang JFSS akan mampu mendorong upaya penghiliran industri pertanian dan agribisnis Indonesia.
Dari sana akan dihasilkan beraneka ragam produk bernilai tambah yang juga berorientasi ekspor. Hasil kajian dan seminar yang diperoleh dari JFSS-3 akan menjadi referensi berharga bagi semua pihak yang terkait dalam membangun swasembada pangan, menuju ketahanan pangan berkelanjutan.