Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Minyak Atsiri Terancam Anjlok 50%

Produksi minyak atsiri di Jawa Barat pada tahun ini terancam anjlok hingga 50% dari tahun sebelumnya yang mencapai 50 ton.
Minyak atsiri/Ilustrasi-rianasaraswati.com
Minyak atsiri/Ilustrasi-rianasaraswati.com
Bisnis.com, BANDUNG - Produksi minyak atsiri di Jawa Barat pada tahun ini terancam anjlok hingga 50% dari tahun sebelumnya yang mencapai 50 ton.
Ketua Asosiasi Minyak Atsiri Jawa Barat Ede Kadarusman mengatakan kurangnya bahan baku pembuatan minyak atsiri dipicu keengganan petani menanam kembali tanaman akar wangi sejak tiga tahun lalu.
Menurutnya, banyak petani lebih memilih menanam komoditas lain yang dianggap menguntungkan, seperti palawija atau hortikultura.
Hal itu terbukti dari minimnya pemanfaatan lahan akar wangi yang berbasis di Kabupaten Garut yang baru sekitar 1.000 hektare (ha). Padahal, potensi lahan di wilayah itu mencapau 2.400 ha.
"Penanamannya berkurang karena harga yang kurang bagus. Namun sekarang harganya terus membaik sehingga diharapkan petani kembali menanam akar wangi," ujar Ede kepada Bisnis.com, Jumat (10/4/2015).
Dia melanjutkan harga bahan baku tanaman akar wangi saat tiga tahun lalu jatuh hingga menyentuh Rp1.000 per kg. Namun saat ini harganya kembali menjadi Rp2.000-3.000 per kg.
Menurut Ede, produksi akar wangi saat ini tengah dalam pemulihan, dan harus menunggu sekitar 1-2 tahun untuk kembali baik. Pasalnya, beberapa waktu yang lalu petani menderita kerugian yang cukup besar.
Kendati demikian, permintaan hasil produksi minyak atsiri dari Jabar masih sangat tinggi, terutama negara-negara di Eropa dan India.
Namun, pihaknya masih belum mampu memenuhi semua permintaan yang mencapai 250 ton per tahun. “Kami hanya bisa memenuhi permintaan di bawah 50%.”
Dia menjelaskan harga minyak atsiri bisa mencapai Rp1,5 juta per kg. “Satu kg minyak atsiri dihasilkan dari sekitar 100 kg dari tanaman akar wangi,” ujarnya.
Pihaknya juga berencana mengerjakan program peningkatan mutu minyak akar wangi dengan mengoptimalkan penggunaan alat produksi terbaru bantuan dari pemerintah.
Hal ini dilakukan guna meningkatkan kualitas minyak akar wangi dari Indonesia mampu bersaing dengan negara lain dan menambah pendapatan petani lebih tinggi.
“Kami juga mengharapkan pemerintah bisa memfasilitasi pemasaran minyak akar wangi secara langsung dari produsen kepada konsumen.”
Ketua Divisi Bagian Pemasaran Masyarakat Agribisnis dan Agroindustri Indonesia (MAI) Jabar Iyus Supriatna mengatakan pemerintah harus terus berupaya meningkatkan kembali produksi minyak akar wangi yang terancam menyusut.
Menurutnya, jika hal itu dibiarkan maka petani akan mengalami kerugian yang membuat mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Pemerintah harus bergerak cepat membantu petani yang dikhawatirkan mengalami penurunan akar wangi," katanya.
Dia menjelaskan saat ini merupakan momen penting penjualan minyak akar wangi tinggi, dimana nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sedang melemah.
"Kalau nilai tukar rupiah sedang melemah merupakan kesempatan petani akar wangi untuk ekspor guna mendapat keuntungan lebih tinggi," katanya.
Pihaknya juga menyoroti kendala sebagian petani yang selama ini masih memproduksi minyak akar wangi secara tradisional sehingga nilai jualnya masih kalah dengan negara lain seperti Haiti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper