Bisnis.com, JAKARTA— Korporasi mendominasi pembelian dolar Amerika Serikat di dalam negeri. Permintaan korporasi yang tinggi dan ketimpangan distribusi valas mendorong laju depresiasi rupiah, meski faktor eksternal masih berpengaruh.
Rupiah diperdagangkan turun 0,11% ke Rp13.198 per dolar AS pada Jumat (13/3/2015) pukul 11.22 WIB menjelang jeda siang Bursa Efek Indonesia.
Eric Sugandi, Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, mengatakan permintaan dolar AS di dalam negeri sebagian besar datang dari korporasi.
Korporasi dalam beberapa hari terakhir memperkuat cadangan dolar AS untuk mengantisipasi rupiah terdepresiasi semakin dalam. Cadangan tersebut akan digunakan untuk membayar cicilan utang dan pembelian bahan baku produksi dalam jangka panjang dan menengah.
“Dari korporasi [paling banyak]. Mereka beli sekarang, mungkin karena melihat masih banyak faktor pelemahan. Untuk kebutuhan impor dan bayar utang,” kata Eric ketika dihubung bisnis.com, Jumat (13/3/2015).
Rupiah adalah mata uang dengan tingkat volatilitas paling tinggi di pasar spot dibandingkan mata uang utama Asia lain.
Tingkat implied volatility rupiah dalam 1 minggu mencapai 13%, di atas ringgit yang sebesar 11,89% dan won Korea Selatan sebesar 10,83%.
Eric menambahkan tekanan terhadap rupiah semakin tinggi karena distribusi valas yang masih berkonsentrasi ke beberapa bank.
Kondisi tersebut membuat bank yang lebih kecil membeli valas dengan nilai tukar yang lebih tinggi untuk memenuhi permintaan korporasi yang meningkat.
Namun, Eric menegaskan faktor eksternal juga masih sangat berpengaruh pada depresiasi rupiah. Tekanan penurunan suku bunga lebih dari 20 bank sentral di seluruh dunia dan antisipasi penaikan suku bunga The Fed terus mendongkrak nilai tukar dolar AS.
Indeks dolar telah naik 4,22% selama bulan Maret. Indeks nilai tukar dolar terhadap 6 mata uang lain tersebut turun 0,07% pada pukul 11.11 WIB ke 99,36. Rapat penentuan suku bunga The Fed berikutnya akan berlangsung Kamis dini hari minggu depan pada 18 Maret 2015.
“The Fed pada akhirnya pasti akan menaikkan suku bunga. Investor akan terus price in sampai kenaikan terealisasi,” kata Eric.