Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NERACA PERDAGANGAN 2014: Defisit RI ke China Membengkak 330%

Merah Putih semakin bertekuk lutut di hadapan Negeri Panda seiring dengan membengkaknya defisit neraca perdagangan nonmigas RI yang mencapai US$4,16 miliar pada kuartal IV/2014 atau melesat lebih dari 330% year-on-year (yoy).
Ekspor berkontraksi 3,4% menjadi US$176,3 miliar sejalan dengan pelemahan harga komoditas. /Bisnis.com
Ekspor berkontraksi 3,4% menjadi US$176,3 miliar sejalan dengan pelemahan harga komoditas. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA--Merah Putih semakin bertekuk lutut di hadapan Negeri Panda seiring dengan membengkaknya defisit neraca perdagangan nonmigas RI yang mencapai US$4,16 miliar pada kuartal IV/2014 atau melesat lebih dari 330% secara year-on-year (yoy).

Pada triwulan terakhir 2013, Indonesia hanya mengalami defisit neraca perdagangan di kisaran US$968 juta. Sehingga secara kumulatif, neraca perdagangan RI terhadap China tercatat defisit sebesar US$14 miliar sepanjang 2014.

"Pelebaran defisit diakibatkan oleh kontraksi ekspor nonmigas sebesar 39,51% sedangkan impor tumbuh 9,06%," ungkap BPS dalam sebuah dokumen yang diperoleh Bisnis.com.

Perlemahan ekspor terlihat sejak kuartal kedua 2014 yang turun menjadi US$4,04 miliar dari US$4,93 miliar pada triwulan sebelumnya. Sementara pada dua kuartal terakhir, ekspor RI masing-masing hanya sekitar US$3,60 miliar dan US$3,87 miliar.

Adapun, impor yang didominasi oleh produk manufaktur justru terus menguat sepanjang empat kuartal tahun lalu, yaitu US$7,15 miliar pada Q1, US$8,01 pada Q2 lalu triwulan tiga melemah tipis jadi US$7,25 miliar dan kembali menguat pada kuartal akhir jadi US$8,04 miliar.

Dari komoditas impornya, terlihat importasi mesin-mesin/pesawat mekanik masih menjadi pemuncak dengan nilai total US$7,13 miliar, disusul dengan mesin/peralatan listrik sebesar U$6,83 miliar.

Berikutnya secara berturut-turut adalah importasi besi dan baja, benda-benda dari besi dan baja, bahan kimia organik serta plastik dan barang dari plastik.

Sebaliknya, ekspor Indonesia ke Tirai Bambu masih didominasi oleh komoditas atau raw material, yaitu bahan bakar mineral US$4,77 miliar dan lemak dan minyak hewan/nabati US$2,69 miliar. Selanjutnya, kombinasi bubur kayu/pulp, berbagai produk kimia dan lainnya.

Pada Senin (2/2), BPS telah mengumumkan neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2014 defisit US$1,9 miliar, menciut dari defisit tahun sebelumnya US$4,1 miliar. Namun, penyempitan defisit tersebut tertolong oleh impor yang turun lebih cepat ketimbang ekspor.

Tercatat, ekspor berkontraksi 3,4% menjadi US$176,3 miliar sejalan dengan pelemahan harga komoditas. Pada saat yang sama, impor turun 4,5% menjadi US$178,2 miliar.

Di sisi lain, data yang sama menunjukkan koreksi harga minyak dunia membuat impor migas tahun lalu turun hampir 4% menjadi  US$43,5 miliar. Sementara itu, perlambatan aktivitas ekonomi di dalam negeri memicu penurunan impor nonmigas 4,7% menjadi US$134,7 miliar.

Suram

Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) UI Kadek Dian Sutrisna menyebutkan prospek neraca perdagangan masih akan suram sepanjang tahun ini, khususnya pada paruh kedua.

Dia mengatakan kinerja ekspor selalu berbanding terbalik dengan siklus penganggaran sehingga pada semester pertama akan tercatat surplus. "Tapi, begitu belanja pemerintah digelontorkan dan diserap optimal pada semester akhir, neraca perdagangan segera berbalik defisit," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arys Aditya
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper