Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan TDL Picu Persaingan Usaha Tidak Sehat

Pelaku usaha industri menyatakan kenaikan tarif listrik untuk golongan pelanggan industri menengah I3 yang merupakan perusahaan terbuka (go public) dan industri besar I4 membuat persaingan usaha tidak sehat dan ekspansi usaha terhambat. Sebab itu, kalangan pengusaha meminta agar kenaikan dilakukan secara bertahap selama 2-3 tahun.nn

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha industri menyatakan kenaikan tarif listrik untuk golongan pelanggan industri menengah I3 yang merupakan perusahaan terbuka (go public) dan industri besar I4 membuat persaingan usaha tidak sehat dan ekspansi usaha terhambat. Sebab itu, kalangan pengusaha meminta agar kenaikan dilakukan secara bertahap selama 2-3 tahun.

Ketua III Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Gunawan mengatakan industri kaca lembaran dan pengaman sudah dipastikan akan gulung tikar bila pemerintah tetap memberlakukan kenaikan tarif listrik pada Mei 2014. Yang menjadi fokus paling penting dari kebijakan tersebut adalah pemerintah membedakan kenaikan untuk golongan I3, yakni hanya yang merupakan perusahaan terbuka.

Pertama kami tidak menyangka kenaikannya sebesar itu. Kemudian, ini diskriminasi, tidak fair, akan menciptakan persaingan usaha yang tidak sehat, ini seperti ada unsur politik, sangat layak diajukan ke KPPU,” kata Yustinus ketika dihubungi Bisnis, Rabu (22/1/2014).

Dia mencontohkan, saat ini ada dua perusahaan kaca yang go public dan satu perusahaan tertutup di Indonesia. Selain itu, ada perusahaan asing yang dalam waktu dekat siap berinvestasi di dalam negeri. Baik perusahaan terbuka maupun tertutup memiliki kegiatan produksi yang sama dengan ongkos biaya produksi yang serupa.

Satu perusahaan mendapatkan angin bagus, dua tidak. Yang 2 perusahaan lama-lama akan bangkrut karena tidak sanggup dengan tingginya ongkos produksi, kemudian apakah yang satu perusahaan bisa memenuhi pasokan semua pasar bila 2 perusahaan terbuka mati? Tentu impor akan besar-besaran, ini akan perusahaan terbuka juga,” jelas Yustinus.

Selain itu, pihaknya juga mengkhawatirkan ekspansi yang mundur akibat kenaikan tarif listrik. Dia mencontohkan, Asahimas siap ekspansi pabrik di Cikampek dengan menambah satu tungku. Adapun tanah sudah disiapkan. Namun, saat ini pihak Asahimas akan mempertimbangkan kembali rencana ekspansi lantaran kenaikan tarif listrik.

Padahal, studi Dr Aviliani mengatakan bahwa setiap kenaikan TDL 10% akan mengurangi penyerapan tenaga kerja sebesar 1,17%. Ada kemungkinan salah satu anggota AKlP tunda lagi expansi padahal ahan sdh siap. Apalagi menjelang ASEAN single market Desember 2015.”

Co-Chairman Indonesian Iron and Steel Industries (IISIA) Ismail Mandry mengatakan meskipun DPR sudah menyetujui bahwa kenaikan akan dilakukan secara bertahap, hal tersebut masih memberatkan. Menurutnya, sebagian besar industri besi dan baja sepakat bahwa subsidi listrik harus dihapuskan, tetapi pemerintah harus melihat timing dengan benar.

Ini sifatnya mendadak, masalah buat kami adalah timingnya tidak tepat. Mungkin pemerintah bisa memperpanjang waktunya,” kata Ismail.

Ismail menjelaskan, sebagian besar perusahaan yang masuk dalam kelompok pelanggan I3 dan I4 adalah pabrik semen dan pabrik besi baja. Namun, pemberlakukan kebijakan, dalam hal ini kenaikan tarif listrik, harus dibedakan. Menurutnya, industri semen tidak sulit mendapatkan bahan baku lantaran tersedia di dalam negeri.

“Adapun, pabrik besi baja, sebagian besar diimpor, pemerintah jangan pukul rata. Sebaiknya untuk pabrik baja jangan Mei 2014. Adanya pelemahan rupiah ini sudah memberikan beban, apalagi ditambah. Komponen biaya listrik dalam kegiatan industri baja sudah di atas 20%, jadi cukup besar,” tambah Ismail.

Dia meminta agar mempertimbangkan kembali skema yang tepat untuk industri. Pasalnya, apa yang dipikirkan pemerintah seringkali berbeda pada kenyataannya. “Ini akan menimbulkan gangguan besar untuk industri baja. Tidak ada lagi cara yang bisa mengimbangi. Maka itu, kami minta perpanjangan, secara prinsip kami tidak menolak, asal timingnya itu.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper