Bisnis.com, JAKARTA - Rencana pemerintah yang akan melakukan penyesuaian tarif dasar listrik (TDL) dinilai dapat mengganggu proses pemulihan dan pertumbuhan ekonomi.
Kepala Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) M. Rizal Taufikurahman mengatakan, apabila penerapan tarif adjustment (TA) pelanggan non-subsidi kembali diberlakukan, diperkirakan dapat memberikan dampak terhadap konsumsi rumah tangga sebesar -0,201 persen dan terhadap PDB sebesar -0,114 persen.
"Bagaimana kondisi ini akan berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga? Tentu akan menekan pertumbuhan ekonomi. Padahal pertumbuhan ekonomi kita sangat signifikan dari konsumsi rumah tangga, diatas 60 persen kontribusinya," ungkap Rizal dalam konferensi pers, Rabu (11/5/2022).
Baca Juga
Lebih lanjut dia menjelaskan, capaian konsumsi di kuartal I/2022 belum mencapai level 5 persen. Padahal, jika ingin mencapai pertumbuhan ekonomi di 5,2 persen, maka konsumsi rumah tangga harus diatas 5 persen.
"Kebijakan penyesuaian tarif dasar listrik mesti dipikir ulang, dihitung ulang, memilih dan memilah kebijakan, apakah dari pengurangan subsidi yang dicatat di APBN sudah tepat," jelasnya, menambahkan bahwa pemerintah telah mengurangi subsidi listrik dari Rp61,5 triliun berdasarkan Outlook 2021 menjadi Rp56,5 triliun di RAPBN 2022.
Selain itu, kata dia, berkaca dari perubahan tarif dasar listrik di 2013 konsumsi rumah tangga menurun dan terjadi adjustment pembekuan tarif melalui pemberian berbagai kompensasi terhadap tarif yang dikenakan.