Bisnis.com, JAKARTA - Investasi RI periode Januari-September 2013 naik 27,57% dibandingkan dengan periode yang sama, tetapi cenderung melambat pada Juli-September.
Di tengah pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, daya tarik investasi Indonesia kuartal III/2013 (Januari-September) terbukti masih cukup kuat seiring melonjaknya nilai penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi Indonesia tumbuh 27,57% menjadi Rp293,3 triliun, dari periode yang sama tahun lalu Rp229,9 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih besar dari periode yang sama 2011 ke 2012 sebesar 26,94%.
Kendati demikian, khusus periode Juli–September pertumbuhan investasi hanya 22,9% menjadi Rp100,5 triliun, cenderung melambat dibandingkan dengan realisasi investasi kuartal III/2012 yang tumbuh 24,88% menjadi Rp81,8 triliun.
Perlambatan tersebut, sejalan dengan pertumbuhan investasi kuartal III/2013 yang hanya mampu mencetak pertumbuhan 0,7% dari kuartal II/2013. Nilai ini lebih rendah dari pertumbuhan investasi kuartal I/2013 ke kuartal II/2013 sebesar 7,31%.
Kepala BKPM Mahendra Siregar mengatakan investasi Indonesia tengah berada pada kondisi lebih stabil. Menurutnya, postur investasi Indonesia pun semakin berimbang seiring meningkatnya nilai PMDN dalam empat tahun terakhir ini.
“Realisasi investasi PMDN kuartal III/2013 naik 43,2%, menjadi Rp94,1 triliun dari posisi yang sama tahun lalu, sementara PMA naik 21,31% menjadi Rp199,2 triliun. Ini artinya, pelaku usaha Indonesia menjadi kekuatan yang semakin diperhitungkan,” jelasnya, Rabu (23/10/2013).
Menurutnya, meningkatnya investasi PMDN tersebut menandakan semakin bergesernya sektor pertambangan ke sektor manufaktur dan jasa. Hal tersebut terlihat dari semakin besarnya sebaran lokasi proyek di koridor Jawa.
Berdasarkan koridor ekonomi, realisasi investasi di koridor Jawa mencapai Rp168,6 triliun, naik 37,18% dari sebelumnya Rp122,9 triliun. Sementara koridor luar Jawa hanya naik 16,54% menjadi Rp122,9 triliun, dari Rp107 triliun.
“Dalam kurun waku empat tahun terakhir ini, tren investasi menuju industri pengolahan atau manufaktur, sehingga proporsi pulau Jawa menjadi semakin besar. Hal ini juga didorong peningkatan minat PMDN ke sektor utilitis, energi, manufaktur dan jasa,” tuturnya.