Bisnis.com, BANDUNG — Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat meminta pemerintah mengambil kebijakan mengenai penambahan daya listrik di kawasan Jabar timur antara lain Cirebon, Majalengka, Kuningan, dan Indramayu guna memacu perekonomian daerah.
Ketua Apindo Jabar Deddy Widjaya mengemukakan investasi di kawasan ini akan semakin menggeliat mengingat beberapa insfratsruktur seperti tol Cisumdawu dan Cikapali dibangun.
"Investor paling senang kalau ada pembangunan insfratruktur. Oleh karena itu, pemerintah harus mulai serius memetakan ketersediaan listrik di kawasan Jabar timur," katanya, Minggu (20/10/2013).
Saat ini kawasan Jabar timur belum cukup atraktif dari kegiatan perekonomian Jabar, karena industri yang masih bertumpu di wilayah Jabodetabek.
Oleh karena itu, katanya, pertumbuhan industri yang tinggi membutuhkan dukungan pasokan listrik yang besar, agar industri bisa bekerja optimal dan memperluas kapasitasnya guna menyerap tenaga kerja baru.
"Pemerintah harus menggenjot penambahan pasokan listrik, baik untuk masyarakat ataupun industri, agar kegiatan ekonomi berkembang."
Dia menyebutkan proyek pembangunan monorail di Kota Bandung dan sekitarnya juga membutuhkan pasokan listrik yang banyak dan kian memicu kedatangan investor ke kawasan ini akibat perekonomian daerah terlihat bagus.
Deddy mengatakan Jabar memiliki banyak sumber energi yang belum digarap optimal salah satunya di kawasan Gunung Ciremai untuk mengatasi kekurangan listrik di daerah. Pembangkit listrik panas bumi bisa menghasilkan listrik dengan yang lebih murah dan ramah lingkungan.
“Untuk pengembangan pembangkit listrik panas bumi pemerintah perlu memberi insentif kepada pelaku usaha,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga meminta pemerintah menunda kebijakan pencabutan subsidi listrik pada industri golongan IV karena akan berdampak terhadap pembangunan perekonomian yang dilakukan di Jabar.
Deddy menilai dengan adanya penaikan tarif dasar listrik (TDL) pada tahun 2013 sebanyak tiga tahap cukup memukul pelaku industri, terutama dalam biaya produksi.
"Seperti industri kecil akan terkena dampaknya juga karena biaya dari produksi barang di industri besar terimbas pada yang kecil,” ujarnya.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar menilai naiknya TDL cukup memberatkan para pelaku industry, mengingat listrik merupakan salah satu energi yang paling banyak digunakan oleh para pelaku industri dalam memproduksi produknya.
Kabid Statistik BPS Jabar Dody Gunawan Yusuf mengemukakan kenaikan TDL tersebut memberikan andil terhadap inflasi Jabar sebesar 0,11% dari seluruh laju inflasi pada November 2013.
"Kenaikannya memang selalu terjadi setiap triwulan, dan itu dampaknya lumayan juga terhadap inflasi. Akan tetapi dari kenaikan tersebut juga mungkin ada pertimbangan lain dari pemerintah," katanya.
Menurutnya, dari sisi harga produk indutri akan meningkat jika beban dari beban industri sendiri bobotnya besar. “Jika pemerintah kembali menaikkan TDL tahun depan pasti industri kian terpukul karena biaya listrik cukup menyedot aktivitas.”