Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Defisit Neraca Perdagangan, Menkeu Chatib Basri Yakin Menyempit per September

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan M.Chatib Basri meyakini defisit neraca perdagangan menyempit pada September, seiring dengan dampak kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi dan paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah.Janji

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan M.Chatib Basri meyakini defisit neraca perdagangan menyempit pada September, seiring dengan dampak kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi dan paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah.

Janji itu kembali didengungkan pemerintah setelah melihat defisit perdagangan Juli yang melebar menjadi US$2,31 miliar dari US$846,6 pada Juni. Defisit perdagangan migas sebesar US$1,85 miliar kali ini diperparah oleh defisit perdagangan nonmigas sebesar US$454,4 juta.

Kenaikan harga BBM bersubsidi belum cukup mampu menekan impor migas Juli kendati sudah dilaksanakan sejak 22 Juni.

“Kami baru mulai keluarkan paketnya dua minggu lalu. Tentu Anda baru akan lihat dampaknya dalam 1-2 bulan setelah dikeluarkan. Kayak minyak saja, dampak dari kenaikan BBM terhadap penurunan impor minyak biasanya baru kelihatan 2 bulan setelah itu,” ujarnya, Senin (2/9).

Dengan perkiraan itu, Chatib meyakini defisit transaksi berjalan pada kuartal III/2013 akan menyempit ke kisaran 3% dari posisi kuartal sebelumnya yang mencapai 4,4% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Pemerintah, lanjutnya, tidak akan mengambil langkah terobosan di luar paket kebijakan ekonomi yang diumumkan 2 pekan lalu.

“Yang itu (paket kebijakan) aja dijalanin dulu. Terlalu banyak, nanti enggak jalan. Fokus saja ke situ supaya bisa jalan,” ujarnya.

Akibat sentimen negatif terhadap kondisi neraca perdagangan Juli, indeks harga saham gabungan (IHSG) pada Senin (2/9) ditutup melemah 2,24% ke level 4.101,23.

Sementara itu, rupiah anjlok 1,67% ke level Rp11.371 per dolar Amerika Serikat berdasarkan data kurs valas Bloomberg.

Kepala Ekonom Bank Danamon Indonesia Tbk Anton H.Gunawan mengingatkan tekanan terhadap nilai tukar rupiah yang lebih dalam perlu diwaspadai.

Pasalnya, data neraca perdagangan yang cukup mengecewakan mungkin memunculkan ekspektasi defisit transaksi berjalan bakal melebar.

“Meskipun demikian, kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia yang memperlambat pertumbuhan ekonomi mungkin mengurangi tekanan current account deficit pada kuartal IV/2013,” katanya.

Dengan tekanan yang berkurang itu, pihaknya memprediksi kurs rupiah akan berada di level Rp10.714 per dolar AS pada akhir tahun.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper