Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tarif Impor AS Tertinggi sejak Abad ke-19, Chatib Basri Ingatkan Ancaman 'Great Depression'

Pemberlakuan tarif impor tinggi memicu terjadinya great depression pada 1930-an. Chatib Basri mengingatkan risiko itu jika tarif perdagangan kini tetap tinggi.
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri di siniar atau podcast Malaka Project yang dikutip pada Selasa (4/6/2024). / dok Youtube Malaka Project
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri di siniar atau podcast Malaka Project yang dikutip pada Selasa (4/6/2024). / dok Youtube Malaka Project

Bisnis.com, JAKARTA — Anggota Dewan Ekonomi Nasional Chatib Basri mengingatkan depresi besar atau great depression pada 1930-an terjadi akibat banyak negara menerapkan tarif perdagangan atau tarif impor yang tinggi. Masalahnya, belakangan tren serupa kembali terjadi akibat kebijakan Presiden AS Donald Trump yang mengeskalasi perang dagang.

Chatib memaparkan bahwa kini rata-rata perdagangan efektif Amerika Serikat (AS) kini 22,5%. Tarif tersebut menjadi yang tertinggi sejak 1909.

Dalam tabel grafis yang Chatib tunjukkan, memang terjadi tren penurunan tarif perdagangan sejak 1909. Hanya saja, kembali terjadi tren kenaikan tarif di AS yang puncaknya terjadi pada 1930-an lewat kebijakan Smoot-Hawley Tariff Act.

Saat itu, jelas Chatib, pemerintah AS mengeluarkan Smoot-Hawley Tariff Act untuk memproteksi ekonomi dalam negeri dengan menutup pintu impor. Masalahnya, negara lain berpikir dan melakukan hal yang sama (retaliasi).

Akibatnya, terjadi lingkaran setan penurunan kinerja ekonomi. Dia mencontoh jika semua negara menutup pintu impor maka perdagangan global akan turun; jika perdagangan global turun maka produk domestik bruto (PDB) di setiap negara akan turun; jika PDB di setiap turun maka konsumsi akan turun; jika konsumsi turun maka investasi akan turun.

"Itulah yang menjelaskan mengapa The Great Depression [depresi besar] 1930 terjadi," jelas Chatib dalam Kuliah Umum yang disiarkan kanal YouTube FEB UI, Rabu (14/5/2025).

Mantan menteri keuangan itu pun mengingatkan pada puncak Smoot-Hawley Tariff Act, rata-rata tarif perdagangan AS hanya sekitar 20%. Sementara itu kini rata-rata tarif perdagangan AS mencapai 22,5% akibat kebijakan Trump—bahkan sempat terapkan tarif145% ke barang impor China.

"Oleh sebab itu orang kemudian bicara, 'Bahaya sekali ini [tarif Trump] bagi ekonomi global'," kata Chatib.

Sebagai informasi, depresi besar atau great depression dimulai pada 1929 hingga 1939. Kemerosotan ekonomi global iu ditandai dengan penurunan tajam kinerja industri yang memicu lonjakan pengangguran, sehingga tingkat kemiskinan meningkat secara global.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper