Bisnis.com, JAKARTA — Eks Gubernur Bank Indonesia Soedradjad Djiwandono mengkritik kebijakan ekonomi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menimbulkan gejolak ketidakpastian global.
Soedradjad menyebut gaya kepemimpinan Trump sebagai unik tapi berbahaya. Dia menyoroti pendekatan unilateral Trump yang tidak hanya merugikan AS sendiri, tetapi juga mengganggu tatanan ekonomi global.
“Trump sering membuat keputusan penting saat setengah tidur. Bahkan penasihat ekonominya, Peter Navarro, yang bergelar doktor dari Harvard pun tak mampu mengimbangi keputusan aneh seperti menaikkan tarif impor untuk China hingga 140%,” ujarnya ujarnya dalam agenda Kagama Leaders Forum di Jakarta, Rabu (14/5/2025).
Dia juga menyebut kebijakan proteksionis Trump sebagai langkah kontraproduktif. Ayah dari Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono itu menyebut, janji Trump menurunkan inflasi dan membuka lapangan kerja tidak pernah terwujud. Bahkan, popularitas Trump di kalangan pemilih kulit hitam hanya 14%.
Menurutnya, kebijakan Trump seperti tarif impor mengacu pada langkah serupa yang dilakukan Presiden AS ke-25, William McKinley yang menjabat pada 1897—1901. Meski demikian, dia menyebut kebijakan tersebut sudah tidak sesuai dengan kondisi dunia saat ini.
"Yang dia lupakan adalah bahwa hubungan antarnegara 100 tahun silam dan dewasa ini sudah jauh berbeda. Kalau dulu ada dependensi atau hubungan ketergantungan yang negara-negara lain ini kalau AS melakukan sesuatu mereka hanya bisa menerima. Tetapi, saat ini sudah masuk zaman hubungan interdependensi," jelasnya.
Baca Juga
Soedradjad memaparkan, dunia saat ini berada dalam sistem interdependensi yang kompleks. Dia mengatakan, dalam rantai pasok dunia, satu simpul kecil yang putus dapat melumpuhkan seluruh sistem.
Adapun, Soedradjad menegaskan pentingnya bagi Indonesia untuk menjaga keseimbangan hubungan dengan kekuatan besar dunia. Dia menuturkan, Indonesia dapat mencontoh Singapura yang mampu menjaga keseimbangan antara hubungan dengan AS dan China
“Kita tidak boleh terlalu dekat dengan Amerika atau China. Harus bisa seperti Singapura—berteman dengan semua pihak, tidak cari gara-gara,” katanya.
Dia juga mengingatkan agar Indonesia tetap adaptif di tengah dinamika global. Soedradjad meminta Indonesia untuk selalu luwes dan siap menyesuaikan diri dengan kondisi global yang terjadi.
Soedradjad juga memuji langkah-langkah diplomasi ekonomi Indonesia yang dinilainya semakin aktif dan strategis, seperti kunjungan delegasi ke Washington D.C. yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, serta pendekatan ekonomi Indonesia ke BRICS.
“Fakta bahwa kita sekarang bisa membeli minyak dari Rusia dengan rupiah adalah upaya luar biasa untuk menghemat cadangan devisa,” katanya.