Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Keuntungan Industri Baja Tertekan Tahun Ini

BISNIS.COM, JAKARTA--Keuntungan pelaku usaha di bisnis baja diperkirakan bakal tertekan tahun ini. Hal ini disebabkan kondisi perekonomian yang kurang mendukung industri serta banyaknya impor baja alloy (baja paduan) palsu yang membanjiri pasar baja

BISNIS.COM, JAKARTA--Keuntungan pelaku usaha di bisnis baja diperkirakan bakal tertekan tahun ini. Hal ini disebabkan kondisi perekonomian yang kurang mendukung industri serta banyaknya impor baja alloy (baja paduan) palsu yang membanjiri pasar baja dalam negeri.

Direktur Eksekutif The Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) Edward R. Pinem mengatakan keuntungan berbisnis baja tidaklah besar, marginnya hanya sekitar 3%-5%. Namun, adanya indikasi importasi baja alloy palsu membuat margin lebih tertekan lagi pada angka maksimal 2%.

 Menurutnya, pihaknya tidak bisa menaikkan harga jual baja untuk mengembalikan keuntungan. Pasalnya, impor baja alloy palsu yang masuk ke pasar baja komersil dalam negeri tidak memungkinkan pengusaha menaikkan harga jual.

 "Tidak mudah menaikkan harga. Harga impor baja “alloy” itu sangat rendah, kalau yang di dalam negeri menaikkan harga tentu tidak akan laku. Ditambah, pertumbuhan baja di Eropa dan China sedang kurang bagus, jadi mereka incar Indonesia,” kata Edward di kantor Kementerian Perindustrian, Jumat (7/7).

 Adapun yang dimaksud baja alloy palsu adalah importir melakukan kebohongan dengan hanya memasukkan satu unsur, misalnya sedikit boron tapi sudah menyebut itu baja alloy.

Padahal, baja alloy atau baja paduan merupakan pemaduan dua unsur atau lebih untuk mendapatkan sifat mekanik tertentu yang diinginkan. Artinya, banyak unsur yang harus dicampur untuk bisa dikatakan sebagai baja alloy

 Hal tersebut dilakukan para importir untuk mendapatkan bea masuk 0%. Seperti diketahui, lantaran ditreatment secara khusus, untuk baja alloy dengan HS 7225 dikenakan bea masuk 0 %. Sedangkan untuk baja karbon dengan HS 7208 dan HS 7209 dikenakan bea masuk sekitar 5%-12,5 %.

 Menurut Edward, persaingan baja alloy impor palsu dengan baja komersil dalam negeri tersebut lah yang membuat keuntungan pengusaha baja dalam negeri tertekan. Selain itu, adanya kenaikan upah minimum provinsi (UMP), kenaikan harga gas industri, kenaikan tarif dasar listrik, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan tertekannya rupiah membuat kondisi industri baja juga melesu.

 Ditambah pertumbuhan ekonomi yang baru saja direvisi, yang membuat banyak pengusaha melakukan wait and see.

 “Saya belum bisa katakan apakah tahun ini lebih bagus dari tahun lalu, tapi saya harap pabrik baja dalam negeri bisa jalan terus dan produksi bisa di jual ke pasar,” tambahnya. Meski begitu, pihaknya tetap mengkhawatirkan importisasi baja alloy yang terus membanjiri pasar dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper