BISNIS.COM, JAKARTA— Proyek jembatan tol Nusa Dua–Ngurah Rai memiliki keunggulan terutama karena dibangun di atas lahan yang relatif kecil.
Kendati kondisinya dapat mempercepat dan mempermudah pengerjaannya, model pembangunan tersebut tidak bisa diterapkan begitu saja di berbagai proyek infrastruktur di Indonesia.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Djoko Murjanto mengatakan proyek jembatan tol Bali tersebut memiliki keunggulan, yakni dibangun di atas lahan yang kecil. Keunggulan ini, jelasnya, dapat mempermudah pekerjaan dan mempercepat proses penyelesaiannya.
“Tol di Bali sama dengan tol lainnya, namun memiliki keunggulan sebab lahannya lebih sedikit sehingga mempermudah pekerjaan. Itu cepat diselesaikan,” katanya di Jakarta, Jumat (14/6/2013).
Dia menjelaskan model pembangunan pada lahan kecil ini sulit diterapkan di daerah lainnya sebab daerah dengan kondisi lalu-lintas padat dan lahan kecil sulit ditemukan.
“Cukup sulit mencari daerah yang lahannya sedikit seperti di Bali. Kebutuhan trafic sangat tinggi tetapi lahannya sedikit,” jelasnya.
Djoko lebih jauh mengungkapkan proyek jembatan tol Bali bukan merupakan suatu model pembangunan bagi proyek tol lainnya, melainkan sebuah kasus khusus. Dia menambahkan model peembangunan itu tidak memungkinkan untuk diterapkan di pulau Jawa, Kalimantan, dan Sumatera.
“Ini bukan satu modelling tetapi kasus dimana lahan yang ada sedikit. Jadi, bukan model untuk seluruh jembatan tol. Di Kalimantan, Sulawesi dan Jawakonsep itu tidak bisa dipaksakan. Namun, jembatan Merah-Putih di Ambon hampir mirip [seperti jembatan tol Bali] karena lahannya sedikit,” terangnya.
Sebelumnya, PT Jasa Marga Tbk siap mengoperasikan jembatan tol Nusa Dua–Ngurah Rai selambat-lambatnya dalam 2 bulan ke depan menyusul hampir selesainya pembangunan. Jembatan tol ini merupakan proyek yang dibangun di atas permukaan laut dengan nilai total Rp2,4 tiliun. (ltc)