BISNIS.COM, JAKARTA--Terbatasnya infrastruktur penyaluran gas menjadi kendala dalam upaya pemenuhan kebutuhan gas domestik yang terus dilakukan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
Popi Ahmad Nafis, Kepala Divisi Pemanfaatan Gas SKK Migas mengatakan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas di dalam negeri terus mengarah ke Indonesia bagian timur, sedangkan industri dan konsumen migas tumbuh di Indonesia bagian barat.
Hal tersebut mengakibatkan dibutuhkannya infrastruktur penyaluran gas yang lebih banyak agar konsumen yang sebagian besar berada di Indonesia bagian barat dapat menikmati gas dari sumur gas yang sebagian besar ada di Indonesia bagian timur.
“Potensi penemuan cadangan gas mayoritas di Indonesia bagian timur, karena di barat sudah dieksploitasi sejak lama. SKK Migas pun berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan gas dalam negeri, karenanya mengusulkan agar segera dikembangkan transportasi gas dan mendekatkan industri kepada sumber gas,” katanya di Jakarta, Selasa (23/4).
Pada 2014 mendatang, SKK Migas menargetkan alokasi gas domestik sebesar 4.500 miliar british thermal unit per hari (bbtud). Sementara alokasi gas ekspor hanya ditargetkan sebesar 3.850 bbtud.
Popi mengungkapkan selain pembangunan upaya mendorong sektor industri mendekati sumber gas dapat memunculkan multiplier effect yang mampu meningkatkan perekonomian daerah tersebut. Pasalnya, upaya tersebut dapat menciptakan lapangan kerja dan menjadi pemicu pertumbuhan kegiatan ekonomi lainnya.
Sementara untuk teknologi transportasi gas yang mampu mendistribusikannya kepada konsumen. “floating storage regasification unit [FSRU] merupakan infrastruktur penting untuk mendistribusikan gas kepada industri. FSRU dapat dimanfaatkan untuk penggunaan liquefied natural gas [LNG] di dalam negeri,” ungkapnya.
Sementara itu PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk sebelumnya belum mau mengembangkan infrastruktur pipa gas, jika belum ada kepastian pasokan gas. Pasalnya, perseroan belum memperoleh kontrak pasokan gas baru dalam jumlah besar dalam beberapa tahun terakhir ini.
Pasokan gas terbesar terakhir masih berasal dari ConocoPhillips dan PT Pertamina EP di Sumatera Selatan yang disalurkan ke pelanggan Jawa Barat melalui pipa SSWJ.
Direktur Pengusahaan PGN Jobi Triananda mengatakan peningkatan infrastruktur gas akan dilakukan bila ada pasokan gas yang besar. “Sejak 2009, pengembangan infrastruktur gas domestik mengalami perlambatan. Kami hanya perkuat jaringan yang ada,” katanya.
Jobi mengungkapkan perusahaan tidak ingin membangun infrastruktur jika tidak menguntungkan. Menurutnya, PGN tidak mungkin membangun pipa di lokasi yang tidak tersedia gas dan pembeli, seperti di wilayah Kalimantan dimana hanya tersedia LNG yang sebagian besar sudah memiliki komitmen ekspor.