BISNIS.COM, BALIKPAPAN –- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) April ini akan menerima aliran gas metana batu bara (coal bed methane) dari Lapangan Sanga-Sanga, Kalimantan Timur yang dioperasikan PT Virginia Indonesia Company (Vico) untuk pembangkit listrik.
Hadi Prasetyo, Vice President Management Representative SKK Migas for VICO Indonesia, mengatakan aliran gas sebesar 0,5 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) yang bisa menghasilkan listrik sebesar 2 MW untuk desa sekitar sumber gas tersebut.
“Rencananya sih akan diinaugurasi akhir April dan merupakan yang pertama. Gas itu untuk menggerakkan pembangkit bagi masyarakat desa sekitarnya,” ujar Hadi Rabu (20/3/2013) di sela-sela Kunjungan Kerja SKK Migas.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, VICO dan PLN sudah menandatangani perjanjian jual beli gas metana batu bara pada tahun lalu dengan harga yang disepakati sebesar US$7,5 per juta British thermal unit (MMBTU).
Harga gas itu berlaku sejak pertama mengalir hingga persetujuan rencana pengembangan (plan of development/PoD) pertama Lapangan Sanga-Sanga atau sampai 31 Desember 2014, mana yang terjadi lebih dahulu.
Pada tahap awal, gas CBM yang akan disalurkan ke pembangkit PLN akan berada di kisaran 0,5 mmscfd itu sesuai dengan total produksi gas CBM yang baru mampu dihasilkan VICO di 15 sumur yang ada.
Nantinya Gas CBM dipasok ke Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kaltim. PLTMG Sangatta sendiri sudah selesai dibangun akhir 2012 lalu. Diperkirakan bakal ada empat ribu rumah tangga yang bakal mendapat listrik.
Sementara itu Senior Manager Communication VICO Lies Cokro mengatakan gas CBM akan dialirkan melalui pipa meski dia enggan memberikan keterangan lebih lanjut mengenai nilai komersial proyek yang terus dievaluasi ini.
“Kami evaluasi potensi komersial ini selama 3 tahun sejak perjanjian. Setelah terbukti ekonomis maka akan dilanjutkan,” ujarnya Rabu (20/3/2013).
Berdasarkan road map Kementerian ESDM, produksi CBM di Indonesia ditargetkan mencapai 500 MMSCFD pada 2015. Kementerian menargetkan penggunaan akan terus meningkat menjadi 1.000 MMSCFD pada 2020 dan 1.500 MMSCFD pada 2025.
CBM merupakan salah satu migas nonkonvensional yang berada di sela-sela rongga batu bara. Potensi CBM di Indonesia diketahui sebesar 453,3 triliun kaki kubik (TCF) yang sebagian besar berada di Sumatra dan Kalimantan.
Wilayah kerja CBM Sanga-Sanga sendiri meliputi wilayah sekitar 1.700 kilometer persegi (km2). Studi awal menunjukan lapangan ini memiliki potensi sumber daya CBM paling sedikit 4 TCF.
PSC CBM Sanga-Sanga diberikan kepada sebuah konsorsium yang terdiri dari VICO (7,5 persen), BP (26,25 persen), ENI (26,25 persen), VIC (15,625 persen), Opicoil (20 persen), dan Universe Gas dan Minyak (4,375 persen). VICO dan VIC adalah milik usaha patungan BP dan ENI dengan porsi masing-masing 50%.
Penggunaan CBM untuk listrik diyakini bisa menekan keteegantungan pada BBM. Selama ini akibat penggunaan BBM pada pembangkit PLN, BUMN itu tergolong tak efisien.