Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RITEL MODERN: Stok Bawang Hanya Cukup Sampai Seminggu

BISNIS.COM, JAKARTA—Stok bawang putih dan merah di toko ritel modern diklaim hanya cukup sampai seminggu ke depan. Rata-rata pasokan dari petani yang terus menurun hingga 50% menjadikan harga melambung dua kali lipat dalam tempo seminggu.

BISNIS.COM, JAKARTA—Stok bawang putih dan merah di toko ritel modern diklaim hanya cukup sampai seminggu ke depan. Rata-rata pasokan dari petani yang terus menurun hingga 50% menjadikan harga melambung dua kali lipat dalam tempo seminggu.

Wakil Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Satria Hamid mengatakan supplier binaan toko ritel modern tidak bisa mengirim bawang putih dan merah lagi karena kelangkaan barang. Petani bawang di Brebes mengungkapkan bahwa panen masih membutuhkan waktu dua minggu lagi.

“Hal ini harus segera diantisipasi pemerintah. Kami sebagai ritel membutuhkan pasokan barang yang berkelanjutan. Kelangkaan ini akan semakin membuat harga melambung. Kami juga tidak mau menjual harga yang terlalu tinggi kepada konsumen,” kata Satria kepada Bisnis, Jumat (15/3/2013).

Dia menjelaskan satu toko ritel modern membutuhkan pasokan bawang merah sebanyak 51 ton per bulan dan bawang putih hingga 62 ton per bulan. Saat ini, rata-rata mereka hanya mempunyai stok 25-30 ton saja.

Rata-rata harga bawang merah dan putih di pasar ritel modern telah mencapai Rp80.000 per kg. Harga tersebut naik dari Rp69.000 per kg bawang merah dan Rp48.000 per kg bawang putih. Padahal, lanjutnya, harga normal kedua komoditas tersebut hanya separuhnya saja.

Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Perdagangan telah menerbitkan surat persetujuan impor (SPI) untuk 134.000 ton bawang putih untuk menstabilkan harga di pasaran. Izin impor sebanyak itu diberikan kepada 92 perusahaan importir terdaftar (IT) hortikultura atau 84,15% dari total kebutuhan untuk semester I/2013 sebesar 160.000 ton. (Bisnis, 13/3/2013)

Satria menilai bila impor tersebut terlaksana, meskipun membutuhkan proses untuk masuk ke pasar dalam negeri, maka harga di pasar bisa kembali normal. Yang terjadi saat ini subtitusi barang impor tidak bisa dialokasikan petani lokal secara maksimal.

“Kami mengharapkan ada upaya dari pemerintah untuk menggenjot produksi domestik, sehingga bisa mendapatkan produk hortikultura dari lokal, tidak impor. Selain harganya yang kompetitif, distribusinya juga lebih mudah karena di dapat dari dalam negeri. Kami ingin memberikan yang terbaik bagi konsumen, tidak dengan harga mahal dan barang langka seperti ini,” pungkasnya.(msb)

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Others
Sumber : Rio Sandy Pradana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper