Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan pemerintah mulai menjajaki berbagai peluang kerja sama dengan Selandia Baru di berbagai sektor prioritas, termasuk di pertanian hingga usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan kedua negara tengah menjajaki peluang di sektor pangan dan pertanian, pendidikan, energi panas bumi, serta pengembangan UMKM.
“Kami melihat potensi besar kolaborasi di sektor pangan dan energi terbarukan, serta dukungan bagi UMKM agar dapat menembus pasar internasional,” kata Budi dalam keterangan tertulis, Jumat (8/8/2025).
Budi menyebut, sinergi ini akan memperkuat ketahanan ekonomi dan memperluas manfaat perdagangan bagi masyarakat.
Selain itu, sambung Budi, kedua negara juga menyoroti situasi dan kondisi perdagangan global, khususnya kebijakan tarif sepihak terhadap sejumlah negara dan dampaknya bagi pelaku usaha di kawasan.
Budi menyampaikan, Indonesia dan Selandia Baru sepakat kepastian berusaha merupakan elemen krusial dalam menjaga stabilitas dan keberlanjutan perdagangan internasional.
Baca Juga
Di sisi lain, Budi optimistis Indonesia dan Selandia Baru dapat mencapai target perdagangan bilateral sebesar US$3,6 miliar pada 2029. Salah satunya dengan memaksimalkan berbagai perjanjian perdagangan internasional yang telah ada, seperti ASEAN–Australia–New Zealand Free Trade Area (AANZFTA) dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
Lebih lanjut, Budi menyambut baik dukungan dari Selandia Baru terhadap proses aksesi Indonesia ke Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (Comprehensive and Progressive Agreement to Trans Pacific Partnership/CPTPP) dan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (The Organisation for Economic Cooperation and Development/OECD).
“Pemerintah Indonesia mengharapkan dukungan berupa pendampingan tahapan aksesi, dalam bentuk bantuan teknis selama tahapan reviu teknis dan asistensi keahlian, mengingat peran aktif Selandia Baru di CPTPP dan dalam pengembangan instrumen hukum OECD,” tuturnya.
Sementara itu, Menteri Perdagangan dan Investasi Selandia Baru Todd Michael McClay menyebut kepastian berusaha adalah pondasi utama bagi pelaku usaha untuk tumbuh dan berinovasi.
“Kami mengapresiasi komitmen Indonesia dalam mendorong transparansi dan prediktabilitas dalam kebijakan perdagangan global,” ujar McClay.
Menteri McClay berharap, agar Indonesia dan Selandia Baru terus saling mendukung dan memperkuat kerja sama yang telah terjalin dengan baik, terutama dalam menghadapi dinamika global.
“Kami mengapresiasi kerja sama yang telah terjalin dengan Indonesia dan berharap kemitraan ini dapat menjadi bagian dari solusi di tengah ketidakpastian perdagangan dunia,” ucapnya.
Untuk diketahui, pada Januari—Juni 2025, total perdagangan Indonesia—Selandia Baru mencapai US$963,23 juta, naik 21,56% dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar US$792,39 juta.
Pada Januari—Juni 2025, ekspor Indonesia ke Selandia Baru tercatat sebesar US$374,89 juta, sedangkan impor Indonesia dari Selandia Baru tercatat sebesar US$588,35 juta.
Sementara itu, pada 2024, Selandia Baru menempati posisi pasar ekspor terbesar ke-36 dan sumber impor terbesar ke-27 bagi Indonesia dengan total perdagangan mencapai US$1,92 miliar.
Pada periode yang sama, ekspor Indonesia ke Selandia Baru tercatat sebesar US$682,96 juta dan impor Indonesia dari Selandia Baru mencapai US$1,24 miliar.
Adapun, ekspor utama Indonesia ke Selandia Baru terdiri dari bungkil minyak, batu bara, monitor dan proyektor, trafo listrik, dan kayu. Sementara itu, impor Indonesia dari Selandia Baru di antaranya adalah susu dan krim, peralatan radar, mentega, keju dan dadih, serta tepung, tepung kasar, dan pelet.