Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Bantah Rencana Pecat Bos The Fed Jerome Powell, Tapi Tak Tutup Kemungkinan

Presiden AS Donald Trump menyatakan ia tidak berniat memecat Jerome Powell namun tetap mengkritik tajam karena belum juga memangkas suku bunga.
Jerome Powell, Ketua Federal Reserve AS, dalam sebuah konferensi pers setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) di Washington, DC, AS, pada Rabu (18/6/2025)/Bloomberg-Kent Nishimura
Jerome Powell, Ketua Federal Reserve AS, dalam sebuah konferensi pers setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) di Washington, DC, AS, pada Rabu (18/6/2025)/Bloomberg-Kent Nishimura

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa ia tidak berniat memecat Ketua dewan Gubernur Bank Sentral AS Federal Reserve Jerome Powell.

Namun, di saat yang sama, ia kembali meluncurkan kritik tajam terhadap Powell karena belum juga memangkas suku bunga, dan tidak menutup opsi untuk menggantikannya.

Kabar dari Bloomberg yang menyebut Trump sedang mempertimbangkan pencopotan Powell langsung mengguncang pasar: indeks saham jatuh, dolar terpukul, dan imbal hasil obligasi melonjak.

Meskipun kemudian membantah kabar tersebut, Trump mengakui telah membahasnya dengan legislator Partai Republik pada Selasa malam. Langkah ini memperpanjang tekanan politik terhadap bank sentral yang seharusnya independen.

Trump membahas proyek renovasi kantor The Fed senilai US$2,5 miliar yang tengah menuai kritik dari Gedung Putih dan Partai Republik. Meski demikian, hingga kini tidak ada bukti penyimpangan, dan The Fed telah membela proses proyek tersebut.

“Saya tidak menutup kemungkinan apa pun, tapi menurut saya sangat kecil kemungkinannya, kecuali jika ada dugaan penipuan,” ujar Trump seperti dikutip Reuters, Kamis (17/7/2025).

Komentar Trump langsung menenangkan pasar. Imbal hasil obligasi memangkas pelemahan, dan bursa saham ditutup menguat. Namun, Trump tetap menyebut Powell sebagai ketua yang “buruk” karena mempertahankan suku bunga jangka pendek dalam kisaran 4,25% hingga 4,50% sejak Desember, di tengah meningkatnya tarif impor yang berpotensi mendorong inflasi.

Trump juga menyalahkan The Fed atas tingginya suku bunga jangka panjang yang menyebabkan biaya pinjaman pemerintah membengkak. Serangannya terhadap Powell berlanjut meski baru-baru ini ia menandatangani undang-undang pengeluaran raksasa yang diperkirakan akan menambah triliunan dolar ke defisit anggaran AS.

Di tengah tekanan tersebut, Senator Thom Tillis yang merupakan anggota Komite Perbankan Senat yang mengawasi The Fed memberikan pembelaan tegas terhadap independensi bank sentral.

“Memecat ketua The Fed hanya karena perbedaan pendapat kebijakan ekonomi adalah kesalahan besar. Langkah seperti itu akan merusak kredibilitas Amerika di mata dunia dan bisa memicu reaksi pasar yang cepat dan negatif,” katanya.

Pemimpin Mayoritas Senat, John Thune, juga mengatakan bahwa sejauh yang ia tahu, Trump tidak berniat memecat Powell.

Sementara itu, Ketua Komite Jasa Keuangan DPR, French Hill, mengatakan bahwa menurut analisis Trump sendiri dan Menteri Keuangannya, secara hukum Trump tidak bisa memecat Powell hanya karena alasan kebijakan.

Powell, yang pertama kali ditunjuk oleh Trump pada 2017 dan kemudian dinominasikan kembali oleh Presiden Joe Biden, telah berulang kali menyatakan niatnya untuk menyelesaikan masa jabatannya hingga 15 Mei 2026.

Putusan terbaru Mahkamah Agung memperkuat interpretasi hukum bahwa ketua The Fed hanya bisa diberhentikan dengan alasan yang sah, bukan karena perbedaan kebijakan.

Pekan lalu, Gedung Putih tampaknya mulai membuka jalan untuk menggugat kepemimpinan Powell melalui isu renovasi. Direktur Kantor Manajemen dan Anggaran, Russell Vought, mengirim surat kepada Powell yang menyatakan Trump "sangat terganggu" dengan proyek renovasi dua gedung The Fed.

Powell merespons dengan meminta auditor internal menyelidiki proyek tersebut dan menerbitkan lembar fakta yang membantah sejumlah klaim Vought—termasuk soal ruang makan VIP dan lift khusus yang disebut-sebut menambah biaya.

Senator Elizabeth Warren, tokoh Demokrat di Komite Perbankan Senat dan satu-satunya anggota yang menolak penunjukan kembali Powell pada 2022, menyebut isu renovasi hanyalah “dalih politik” untuk memecat Powell.

Para pembuat kebijakan The Fed khawatir bahwa setelah inflasi 40 tahun tertinggi baru saja mereda, pemangkasan suku bunga terlalu dini dapat memicu ekspektasi inflasi kembali—sebuah ramalan yang bisa mewujudkan dirinya sendiri dan menggagalkan upaya stabilisasi harga.

Para analis memperingatkan bahwa kampanye tekanan terhadap Powell bisa melemahkan kemampuan The Fed menjalankan mandat kongresnya: menjaga stabilitas harga dan memaksimalkan lapangan kerja.

Michael Feroli, Kepala Ekonom AS di JP Morgan, menulis bahwa pelemahan independensi The Fed akan memperbesar risiko inflasi—terutama di tengah tekanan tarif dan ekspektasi harga yang masih tinggi.

Feroli juga meragukan bahwa drama Trump–Powell telah usai. “Tekanan politik ini belum akan berhenti,” katanya.

Sementara itu, Menteri Keuangan Scott Bessent mengatakan proses formal pencarian pengganti Powell telah dimulai.

Sejumlah nama calon sudah mencuat, termasuk penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett, mantan gubernur The Fed Kevin Warsh, dan Gubernur The Fed saat ini Christopher Waller.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro