Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Getok Tarif Tembaga 50%, Bos Freeport: Permintaan Bisa Berkurang

Freeport Indonesia menilai rencana pengenaan tarif 50% untuk tembaga impor yang masuk pasar AS berpotensi mengurangi permintaan di pasar global.
Kawasan smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di KEK JIIPE, Gresik, Jawa Timur/Dok: Tim PTFI.
Kawasan smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di KEK JIIPE, Gresik, Jawa Timur/Dok: Tim PTFI.

Bisnis.com, JAKARTA — PT Freeport Indonesia (PTFI) menyebut rencana pengenaan tarif 50% untuk tembaga impor yang masuk pasar Amerika Serikat (AS) berpotensi mengurangi permintaan di pasar global. 

Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan, pengenaan tarif tinggi tersebut tidak berdampak langsung terhadap produk tembaga PTFI. Hal ini lantaran produk tembaga PTFI tidak dijual ke AS, melainkan mayoritas dipasarkan ke China. 

Hanya saja, menurut Tony, permintaan tembaga di pasar global bisa saja secara tidak langsung terdampak.

"Mungkin itu bisa dipikirkan apakah industri turunannya dari China, atau industri turunan yang beli dari kami dikenakan tarif AS ya tentu saja demand akan berkurang," kata Tony kepada wartawan di Kompleks DPR RI, Rabu (16/7/2025). 

Di sisi lain, Tony menegaskan komitmen PTFI melakukan hilirisasi lewat pembangunan smelter katoda tembaga di Indonesia. Hal ini menegaskan bahwa importasi tembaga dari Tanah Air tidak lagi berupa raw material atau konsentrat. 

Terlebih, baru-baru ini Trump mengincar tembaga Indonesia untuk kebutuhan AS pascanegosiasi tarif berjalan mulus hingga turun ke 19%.

Tony mengatakan, hilirisasi yang dilakukan PTFI telah berprogres dan direncanakan dapat memproduksi 441.000 ton katoda tembaga tahun ini. 

“Kita smelternya sudah jadi, sudah beroperasi, sudah akan segera produksi katoda tembaga, mulai minggu depan emas batangan sudah diproduksi, perak batangan sudah diproduksi. Ini kan akan sangat baik buat ekosistem hilirisasi dalam negeri,” ujar Tony.

Kapasitas produksi katoda tembaga tersebut datang dari smelter PTFI di Gresik yang baru rampung diperbaiki pascainsiden kebakaran tahun lalu. 

Tak hanya itu, Tony juga menerangkan bahwa hilirisasi dari sektor tambang di Indonesia sudah di tahap final. Artinya, yang diperlukan saat ini yakni industrialisasi atau pengolahan ke hilir untuk komoditas yang ada, termasuk tembaga. 

"Hilirisasi dari sektor tambang tuh sudah final. Hilirisasi lanjutan yang kita butuhkan di manufacturing side. Kami kan 99,99% metal sudah diproduksi dalam negeri," imbuhnya.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bahwa AS telah mendapatkan akses penuh terhadap produk Indonesia termasuk komoditas tambang. 

Adapun, hal ini menjadi kesepakatan dalam negosiasi tarif Trump yang semula dikenakan 32% menjadi 19%. 

“Kami memiliki akses penuh ke Indonesia, semuanya. Indonesia sangat kuat dalam tembaga berkualitas sangat tinggi yang akan kami gunakan,” kata Trump dikutip dari akun Youtube, Rabu (16/7/2025).

“Indonesia memiliki beberapa produk hebat dan mereka juga memiliki beberapa tanah jarang yang sangat berharga dan berbagai material lainnya,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper