Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut potensi ekspor produk Indonesia masih terbuka lebar, terutama untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan Indonesia memiliki potensi yang lebar untuk mengekspor ke pasar internasional. Sayangnya, masalah yang terjadi adalah para UMKM tidak mengetahui cara mengekspor. Kendati demikian, Budi menilai, media juga memiliki peran yang penting untuk membuka pasar ekspor.
“Kita [Indonesia] itu potensi ekspornya banyak, potensi ekspor besar. Tetapi kadang-kadang tidak tahu bagaimana cara ekspor dan sebagainya. Sehingga menurut kami peran media itu sangat penting,” kata Budi saat melakukan Pelepasan Tim Jelajah Ekspor 2025 di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Rabu (25/6/2025).
Menurutnya, media bisa memberikan informasi mengenai informasi pasar hingga peluang pasar terhadap UMKM. Dengan berbekal informasi itu akan memudahkan UMKM untuk mengekspor produk.
Pasalnya, Budi menyebut perlu dilakukan kolaborasi bersama pelaku usaha, termasuk media. Dengan begitu, diharapkan target pertumbuhan ekspor nasional yang akan mencapai 7,1% secara tahunan (year-on-year/yoy) atau senilai US$294,45 miliar pada 2025.
“Kami pemerintah tentu tidak bisa berjalan sendiri, jadi kami bersama pelaku usaha dan media tentunya bisa mendorong program ekspor kita itu bisa berjalan dengan baik sesuai target 7,1%,” ujarnya.
Baca Juga
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur Bisnis Indonesia Group Lulu Terianto mengatakan Indonesia memiliki potensi besar untuk terus memperkuat posisinya di pasar global.
Hal itu tercermin dari ekspor Indonesia pada Februari 2025 yang mencapai US$21,45 miliar meningkat 14,05% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, ekspor nonmigas mencapai US$20,84 miliar atau naik 15,40% yoy.
Di sisi lain, impor pada Februari 2025 mencapai US$18,86 miliar sehingga memberikan surplus perdagangan yang positif bagi perekonomian nasional.
Meski demikian, Lulu melihat masih adanya tantangan global yang membuat Indonesia juga harus meningkatkan daya saing produk ekspor, terutama konflik di Timur Tengah yang semakin memanas.
“Tantangan global yang dinamis menuntut kita untuk terus berinovasi dan meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia, misalnya saja karena ketegangan geopolitik di Timur Tengah baru-baru ini,” kata Lulu.
Untuk itu, sambung dia, Bisnis Indonesia melalui program Jelajah Ekspor 2025 akan mendalami berbagai aspek perdagangan internasional dengan fokus pada performa ekspor nasional, logistik dan infrastruktur pendukung perdagangan, industri unggulan dan potensi ekspor, serta lembaga dan perusahaan pendukung ekspor.
“Kami berharap program ini dapat memberikan informasi baru bagi regulator dan pelaku industri untuk mendukung ekspansi pasar luar negeri yang lebih luas,” tuturnya.
Nantinya, rute perjalanan dalam program Jelajah Ekspor 2025 mencakup pelabuhan dan kawasan industri berorientasi ekspor, instansi dan lembaga pendukung ekspor, fasilitas logistik dan gudang ekspor impor, serta kawasan logistik terpadu dan pusat distribusi barang ekspor.
“Kami berharap program ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi kemajuan ekspor Indonesia, sekaligus memberikan sumbang saran bagi para pemangku kepentingan,” tambahnya.
Untuk diketahui, Bisnis Indonesia menginisiasi Jelajah Ekspor 2025 untuk mendukung penguatan daya saing ekspor nasional yang menjadi salah satu prioritas utama pemerintah. Program ini sekaligus untuk memperingati 40 tahun Bisnis Indonesia.
Adapun, Jelajah Ekspor 2025 merupakan program liputan mendalam Bisnis Indonesia yang dirancang untuk mengangkat isu dan dinamika perdagangan luar negeri Indonesia, dengan fokus utama pada sektor ekspor.
Program ini akan berlangsung selama periode tertentu dengan menyoroti strategi ekspansi industri nasional, kebijakan perdagangan, fasilitas pembiayaan ekspor, logistik pendukung, serta upaya diplomasi ekonomi dalam membuka akses pasar global.