Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahlil Ungkap Strategi Kerek Impor Energi dari AS: LPG Jadi 85%, Minyak Jadi 40%

Pemerintah disebut akan menaikkan porsi impor energi dari Amerika Serikat (AS) di tengah polemik tarif impor Trump
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam agenda konferensi pers Global Hydrogen Ecosystem 2025 di JCC, Senayan, Selasa (15/4/2025)./Bisnis-Afiffah Rahmah
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam agenda konferensi pers Global Hydrogen Ecosystem 2025 di JCC, Senayan, Selasa (15/4/2025)./Bisnis-Afiffah Rahmah

Bisnis.com, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut pemerintah akan menaikkan porsi impor energi dari Amerika Serikat (AS) di tengah kenaikan tarif impor untuk Indonesia hingga 32%, yang diberlakukan Presiden Donald Trump. 

Usai bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Kamis (17/4/2025), Bahlil menyebut strategi menaikkan impor energi dari AS untuk menyeimbangakn neraca dagang dengan AS.

Adapun, salah satu alasan pengenaan tarif impor 32% itu lantaran Trump menilai surplus perdagangan Indonesia terhadap AS menyebabkan perdagangan Negara Paman Sam itu defisit. 

Bahlil memaparkan, setelah rapat bersama Presiden Prabowo, pemerintah akan mengerek porsi impor energi dari AS berupa LPG, crude atau minyak mentah dan BBM.

Hal itu guna menyeimbangkan neraca dagang dengan AS, di mana Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menikmati surplus sekitar US$14,5 miliar. 

"Dan salah satu strategi untuk kita membuat keseimbangan adalah kita membeli LPG, crude, dan BBM dari Amerika. Nilainya untuk bisa memberikan keseimbangan terhadap neraca perdagangan kita," paparnya di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (17/4/2025).

Bahlil lalu mengungkap pemerintah akan mengimpor dengan nilai di atas US$10 miliar untuk barang-barang tersebut. 

"[Nilai impornya, red] di atas US$10 miliar kalau dari sektor BBM. Crude oil, LPG, maupun BBM," ujar pria yang juga Ketua Umum Partai Golkar itu. 

Bahlil memaparkan, bahwa sebagian dari impor komoditas energi itu dipasok Indonesia dari negara-negara Timur Tengah, Afrika hingga Asia Tenggara. Sejalan dengan upaya untuk menyeimbangan neraca dagang dengan AS, maka pemerintah Indonesia akan mengalihkan sebagian porsi impor itu dari AS. 

"Ini kita switch aja, kita pindah aja ke Amerika, dan itu tidak membebani APBN dan juga tidak menambah kuota impor kita," terangnya. 

Adapun secara terperinci, rencana porsi impor energi yang akan dinaikkan oleh pemerintah dari AS yakni LPG dari sebelumnya 54% ke 80% hingga 85%. 

Kemudian, minyak mentah atau crude yang awalnya impor dari AS hanya 4% rencananya bakal dikerek hingga 40% lebih. Teknis lebih lanjut, terang Bahlil, bakal dibahas dengan BUMN PT Pertamina (Persero). 

"Crude oil kita di Amerika itu tidak lebih dari 4%, ini kita naikkan menjadi 40% lebih. BBM juga demikian, BBM di Amerika itu kan sedikit sekali, nanti detilnya setelah saya akan melakukan pembahasan teknis dengan tim teknis dan Pertamina," terang mantan Menteri Investasi itu. 

Bahlil mengakui bahwa upaya penaikan persentase impor energi dari AS itu dengan harapan agar pemerintahan Donald Trump akan menurunkan tarif impor yang dikenakan ke Indonesia. 

Apalagi, seperti diketahui, AS adalah mitra dagang utama Indonesia. Ekspor Indonesia ke AS merupakan terbesar kedua setelah China. 

"Ini kan bagian daripada bagaimana membangun keseimbangan. Kalau dengan harapan neraca perdagangan kita sudah seimbang, bahkan mungkin bisa mereka surplus, katakanlah kalau itu terjadi, harapannya tarifnya diturunkan dong. Kalau tidak diturunkan untuk apa?," katanya. 

Pada perkembangan lain, kini tim pemerintah RI meliputi Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati serta Menteri Luar Negeri Sugiono telah tiba di AS untuk melakukan negosiasi dengan pemerintah AS untuk menurunkan tarif impor. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper