Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Jepang Tumbuh di Atas Ekspektasi, Capai 2,8% pada Kuartal IV/2024

Perekonomian Jepang tumbuh selama tiga kuartal berturut-turut pada 2024 seiring dengan meningkatnya investasi dari perusahaan.
Ilustrasi ekonomi Jepang. Kereta monorel melintas di dekat logo Toshiba Corporation yang terpampang di gedung perusahaan tersebut di Tokyo, Jepang, 5 April 2023./Reuters
Ilustrasi ekonomi Jepang. Kereta monorel melintas di dekat logo Toshiba Corporation yang terpampang di gedung perusahaan tersebut di Tokyo, Jepang, 5 April 2023./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian Jepang mencatatkan pertumbuhan selama tiga kuartal berturut-turut pada 2024 seiring dengan meningkatnya investasi dan membaiknya ekspor neto.

Data Kantor Kabinet Jepang yang dilansir Bloomberg pada Senin (17/2/2025) mencatat produk domestik bruto Jepang tumbuh 2,8% secara year on year (yoy) pada kuartal IV/2024. Catatan tersebut lebih baik dibandingkan dengan revisi 1,7% pada periode sebelumnya dan mengalahkan estimasi konsensus 1,1%.

Hasil kuartal keempat yang kuat membuat Jepang mencatatkan pertumbuhan ekonomi 0,1% untuk tahun penuh 2024, fdi atas ekspektasi pasar akan terjadi kontraksi. Meski begitu, ini merupakan pertumbuhan terlemah sejak pandemi.

Data tersebut menunjukkan perekonomian Jepang terus tumbuh dengan stabil, sebagian besar sejalan dengan proyeksi bank sentral. Ekspansi pada kuartal IV/2024 kemungkinan akan memberikan kepercayaan kepada otoritas bank sentral bahwa mereka dapat terus melonggarkan pengaturan kebijakan BOJ yang sangat longgar dengan menaikkan suku bunga secara bertahap.

“Konsumsi pribadi telah sangat melambat dan inflasi membebani konsumsi karena upah riil kesulitan untuk meningkat,” kata Yuichi Kodama, ekonom di Meiji Yasuda Research Institute.

Dia menjelaskan secara keseluruhan, perekonomian tumbuh sehingga BOJ mungkin akan terus berada pada jalurnya dan menaikkan suku bunga secara bertahap.

Angka PDB akan direvisi pada bulan Maret, sekitar seminggu sebelum pertemuan berikutnya BOJ untuk memutuskan kebijakan. Para ekonom memperkirakan BOJ akan menunggu hingga musim panas sebelum menaikkan suku bunga lagi. Yen awalnya menguat setelah rilis angka tersebut menjadi 151,91 per dolar dari 152,36 sebelum memangkas kenaikan.

Konsumsi swasta dan ekspor bersih lebih baik dibandingkan konsensus, sementara investasi dunia usaha sedikit tertinggal dari perkiraan.

Belanja swasta meningkat bahkan ketika konsumen semakin frustrasi dengan inflasi yang terus-menerus, yang cenderung melebihi kenaikan upah. Perdana Menteri Shigeru Ishiba berupaya mengatasi masalah ini dengan paket bantuan harga sebagai bagian dari paket stimulus ekonomi.

“Konsumsi swasta mempertahankan pertumbuhannya bahkan ketika ada tekanan terhadap sentimen publik. Ini merupakan indikasi kuatnya permintaan domestik dalam menghadapi hambatan, yang kemungkinan akan berlanjut untuk beberapa waktu," ujar Kazuki Fujimoto, ekonom di Japan Research Institute

Langkah-langkah yang lebih ramah terhadap pemilih mungkin akan dilakukan ketika pemerintahan minoritas Ishiba sedang bernegosiasi dengan partai-partai oposisi yang lebih kecil untuk melobi agar tunjangan pajak penghasilan yang lebih tinggi dan biaya sekolah menengah gratis untuk dimasukkan dalam anggaran tahun ini yang dimulai pada bulan April.

Ekspor bersih berkontribusi terhadap pertumbuhan karena impor turun pada kuartal ini karena turunnya harga energi. Ekspor meningkat secara moderat, dibantu oleh tingginya belanja wisatawan yang datang, yang pengeluarannya dikategorikan sebagai ekspor jasa. 

Prospek perdagangan Jepang semakin tidak menentu karena Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif terhadap mitra dagangnya. Tokyo sedang mencoba memahami rincian kebijakan tarif timbal balik Trump dan juga berupaya untuk mendapatkan pengecualian dari tarif baru presiden terhadap baja dan aluminium.

Sementara itu, melemahnya yen telah meredupkan kedudukan Jepang dalam perekonomian global dengan menurunkan nilai barang dan jasa dalam dolar. Jepang kini menduduki peringkat keempat dengan perekonomian terbesar setelah AS, China, dan Jerman. 

Para ekonom memperkirakan India akan menyalip Jepang dalam beberapa tahun. Yen turun lebih dari 10% terhadap dolar tahun lalu bahkan ketika otoritas Jepang melakukan intervensi di pasar valuta asing beberapa kali untuk menopangnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper