Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ditekan Gejolak Politik, Inflasi Korea Selatan Meningkat pada Akhir 2024

Inflasi konsumen Korea Selatan meningkat karena gejolak politik yang membebani mata uang lokal, mengancam stabilitas harga karena ketergantungan impor.
Myeongdong, Korea Selatan/Istimewa
Myeongdong, Korea Selatan/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi konsumen Korea Selatan meningkat karena gejolak politik yang membebani mata uang lokal, mengancam stabilitas harga di negara yang sangat bergantung pada impor untuk makanan dan energi.

Data dari Kantor Statistik Korea Selatan pada Selasa (31/12/2024) mencatat, indeks harga konsumen atau inflasi naik 1,9% secara year on year (yoy) pada Desember 2024, lebih cepat dari kenaikan 1,5% pada November lalu. Ekonom yang disurvei oleh Bloomberg telah memperkirakan laju pertumbuhan harga akan menjadi 1,7%.

Selain itu, harga minuman beralkohol dan tembakau turun 0,4% dari tahun sebelumnya pada bulan Desember, sedangkan harga makanan dan minuman nonalkohol naik 2,5%. Biaya hiburan naik 1,2% sementara harga utilitas naik 1,7%,

Data terbaru mempersulit persamaan kebijakan untuk bank sentral Korea Selatan, Bank of Korea (BOK), mungkin membatasi ruangnya untuk mengurangi suku bunga acuannya tahun depan setelah pemotongan berturut-turut pada bulan Oktober dan November. 

Para pembuat kebijakan juga khawatir bahwa pertumbuhan ekonomi dapat melemah lebih lanjut karena gejolak politik yang dipicu oleh pemberlakuan darurat militer singkat oleh Presiden Yoon Suk Yeol, yang akhirnya menyebabkan pemakzulannya.

“Dampak terhadap inflasi dari mata uang yang lebih lemah mungkin akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang, tetapi kekhawatiran terbesar saat ini adalah melemahnya sentimen konsumen,” kata Ahn Jae-kyun, seorang analis di Shinhan Investment. 

Ahn melanjutkan, Januari kemungkinan merupakan waktu yang tepat untuk pemangkasan suku bunga mengingat produksi dan konsumsi yang sedang lesu.

Tantangan negara semakin diperparah oleh kecelakaan pesawat pada Minggu (29/12/2024) kemarin yang menewaskan semua kecuali dua dari 181 orang di dalamnya. Penjabat Presiden Choi Sang-mok telah mengumumkan masa berkabung selama seminggu hingga 4 Januari, yang mungkin membebani sentimen konsumen.

Gubernur BOK Rhee Chang-yong mengatakan bahkan sebelum bencana bahwa ekonomi tahun depan mungkin tidak dapat tumbuh 1,9% seperti yang diperkirakan sebelumnya.

Para ekonom melihat pengeluaran swasta yang lemah, reli ekspor yang mendingin, dan memburuknya kepercayaan konsumen sebagai faktor yang mendorong BOK untuk mempercepat pelonggarannya tahun depan. Tindakan bank sentral global, termasuk Federal Reserve, dalam beberapa bulan mendatang juga akan berperan dalam membentuk keputusan BOK.

Harga konsumen naik tajam setelah pemerintah Korea Selatan menerapkan stimulus untuk menopang pertumbuhan selama pandemi virus corona. 

Kini, banyak bank sentral merasa cukup yakin untuk melonggarkan kebijakan restriktif mereka, karena kenaikan suku bunga telah membantu mengurangi tekanan inflasi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper