Sementara itu, pendapatan yang dapat dibelanjakan sebagai bagian dari PDB telah menurun, terbebani oleh efek tertunda dari gangguan yang disebabkan oleh Covid-19, tekanan harga kumulatif yang mengikis daya beli riil, dan sebagian besar pelaku sektor informal.
Data dari badan statistik juga menunjukkan penurunan proporsi penduduk di kelas menengah sebanyak sekitar 9,5 juta yang tergelincir ke segmen 'calon kelas menengah'. Penurunan tingkat pengangguran agregat ditutupi oleh lonjakan tingkat pengangguran.
Adapun, Rao memaparkan, ada beberapa katalis positif yang akan menopang prospek perekonomian Indonesia pada 2025. Dia mengatakan, langkah-langkah makroprudensial melalui keringanan pajak atas pembelian rumah, dan kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan pinjaman ke sektor-sektor utama telah diberlakukan tepat waktu.
Sementara itu, kebijakan fiskal diarahkan pada konsumsi, melalui bantuan sosial untuk rumah tangga yang rentan, program makanan gratis yang diperkirakan mencakup sekitar 82,9 juta dalam 2 tahun. Selain itu, pemerintah juga memberlakukan perluasan subsidi bahan bakar serta listrik.
"Kemudian, upah minimum nasional siap dinaikkan sebesar 6,5% pada 2025 dibandingkan dengan 3,4% pada 2024. Dengan meredanya inflasi, ini akan mendorong kenaikan upah riil," kata Rao.