Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mengakui bahwa produk turunan dari minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) yang dimiliki Indonesia jauh tertinggal dibandingkan Malaysia.
Hal itu disampaikan Direktur Utama BPDPKS Eddy Abdurrachman dalam acara Sosialisasi Pelaksanaan Eksportasi dan Pungutan Ekspor atas Kelapa Sawit, CPO, dan Produk Turunannya di Hotel Ciputra World Surabaya, Jawa Timur, Kamis (21/11/2024).
Merujuk data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Eddy menuturkan bahwa saat ini telah terdapat lebih dari 184 produk turunan dari kelapa sawit yang dimiliki Indonesia. Angka ini jauh tertinggal dibandingkan Negeri Jiran.
“Ya memang masih kalah kalau dibandingkan dengan Malaysia, Malaysia kurang lebih sudah mencapai 250-an produk [turunan kelapa sawit],” ungkap Eddy.
Kendati demikian, Eddy menyampaikan hilirisasi perkebunan kelapa sawit saat ini relatif telah berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan arahan dari Presiden Prabowo Subianto yang terus mendorong hilirisasi produk, termasuk industri kelapa sawit.
Apalagi, ungkap Eddy, sebagai salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia memiliki peran yang sangat strategis di dalam pemenuhan kebutuhan minyak sawit di dunia.
Baca Juga
“Sebagai pemain global, perkebunan kelapa sawit Indonesia menghasilkan devisa yang cukup signifikan bagi perekonomian negara,” ujarnya.
Selain itu, Eddy juga menyebut industri kelapa sawit juga memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 mencapai 4,9% sampai dengan kuartal III/2024.
Sementara itu, produk domestik bruto (PDB) pada sektor pertanian dan perkebunan tumbuh 1,69%, dan sektor industri pengolahan non-migas sebesar 4,23%. Ini artinya, komoditas kelapa sawit menjadi salah satu motor penggerak pada kedua sektor tersebut.
Jika ditinjau dari sisi ekspor, Eddy menyampaikan industri kelapa sawit juga merupakan salah satu penyumbang terbesar untuk ekspor non-migas Indonesia.
Mengacu data Kementerian Perdagangan (Kemendag), ekspor non-migas Indonesia tercatat sebesar US$181,14 miliar sampai dengan September 2024. Di mana, sebanyak kurang lebih US$14,43 miliar atau sebesar 10,18% berasal dari ekspor lemak dan minyak hewan dan nabati yang didominasi oleh minyak kelapa sawit.