Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kontribusi Minerba Capai Rp99,3 Triliun September 2024, Realisasi Target 87%

Penerimaan negara dari minerba mencapai Rp99,3 triliun atau 87% dari target hingga September 2024
Truk membawa batu bara di tambang milik PT Bukit Asam Tbk (PTBA)  di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim , Sumatra Selatan, Rabu (18/10/2023). Batu bara merupakan salah satu bagian dalam Minerba/JIBI/Bisnis/Abdurachman
Truk membawa batu bara di tambang milik PT Bukit Asam Tbk (PTBA) di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim , Sumatra Selatan, Rabu (18/10/2023). Batu bara merupakan salah satu bagian dalam Minerba/JIBI/Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan penerimaan negara dari sub sektor mineral dan batu bara (minerba) mencapai Rp99,34 triliun per September 2024.

Direktur Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batu bara di Kementerian ESDM Hendra Gunawan mengatakan angka itu baru mencapai 87,49% persen penerimaan negara sub sektor minerba tahun ini.

"Sampai di bulan September 2024, kami mencatat penerimaan negara dari subsektor minena sebesar Rp99,34 triliun atau 87,49% dari target," ucapnya dalam acara Temu Profesi Tahunan (TPT) XXXIII & Kongres XII Perhapi 2024 di Jakarta, Selasa (19/11/2024).

Melihat capaian dana sebesar itu, Hendra mengatakan sub sektor minerba merupakan salah satu pilar utama bagi perekonomian Indonesia. 

Kendati, dia menilai sub sektor minerba masih menghadapi sejumlah tantangan. Ini seperti tantangan ekonomi global.

Hendra mengatakan saat ini banyak negara menghadapi resesi dan pertumbuhan ekonomi yang melambat. Di sisi lain, sumber daya dan cadangan akan semakin berkurang.

"Ini akan menuntut industri pertambangan mengelola sumber daya dan cadangan secara optimal dengan mengembangkan teknologi dan pertambangan yang semakin efisien dan efektif, serta meningkatkan upaya mengembangkan risiko keselamatan," imbuhnya. 

Hendra mengatakan tantangan lain sub sektor minerba adalah konsensus global. Hal ini khusus terkait isu-isu penting seperti perubahan iklim dan target net zero emission (NZE).

Oleh karena itu, Hendra menyebut praktik pertambangan harus diimbangi dengan pengembangan metode yang ramah lingkungan serta pengurangan emisi.

Tantangan selanjutnya yakni penguatan penerapan prinsip-prinsip environmental, social, and governance (SDG). Hendra menilai SDG di sub sektor minerba diperlukan demi keberlanjutan usaha dan meningkatkan daya saing.

"Pengelolaan lingkungan hidup pertambangan semakin menjadi salah satu aspek fundamental yang diperlukan khususnya di masa transisi energi menuju energi yang lebih bersih, minim emisi, dan ramah lingkungan," ucap Hendra.

Dia menambahkan bahwa saat ini diperlukan program pertambangan yang komprehensif dan memperhatikan aspek ekonomi, sosial, budaya, maupun lingkungan. Dengan begitu, kesejahteraan akan tetap hadir setelah kegiatan pertambangan berakhir.

Hendra mengingatkan untuk menyelesaikan tantangan di atas, perlu kerja sama dari semua pihak terkait. 

"Tantangan di sini dalam pengelolaan pada subsektor mineral dan batu bara harus dilihat dengan positif dan optimisme," tutup Hendra.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper