Bisnis.com, JAKARTA — Industri makanan dan minuman (mamin) dinilai masih cukup menarik bagi investor di tengah ketidakpastian pasar global.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan potensi nilai investasi dari ekspor industri makanan dan minuman (mamin) di Indonesia cukup baik.
Pada kuartal III/2024, Josua mengungkap investasi domestik langsung (domestic direct investment/DDI) di sektor mamin mencapai Rp19,8 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 19,4% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Sama halnya dengan investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) yang tumbuh solid sebesar 17% yoy pada periode yang sama.
“Pertumbuhan ini menunjukkan ketertarikan investor dalam sektor mamin meskipun ada ketidakpastian pasar global,” kata Josua kepada Bisnis, dikutip pada Kamis (7/11/2024).
Terlebih, industri mamin di Indonesia telah menjadi salah satu penyumbang ekspor terbesar dalam sektor manufaktur.
Baca Juga
“Industri mamin Indonesia memiliki potensi besar untuk berkontribusi signifikan terhadap ekonomi nasional melalui peningkatan ekspor, investasi, dan penguatan pasar global,” ujarnya.
Berdasarkan analisis terbaru, Josua menyampaikan bahwa sektor mamin memiliki kontribusi besar terhadap PDB industri pengolahan non-migas, mencapai 40,2% pada kuartal III/2024.
Angka ini, kata dia, menunjukkan subsektor ini merupakan pilar utama dalam industri pengolahan Indonesia. “Menandakan perannya yang vital dalam menopang ekonomi nasional,” imbuhnya.
Josua menambahkan bahwa pertumbuhan industri mamin telah menjadi salah satu penggerak utama dalam sektor manufaktur, terutama karena permintaan domestik yang tinggi dan terus meningkatnya konsumsi produk-produk mamin. Dia mengungkap, sektor ini juga menerima investasi yang cukup besar dalam beberapa tahun terakhir
Di samping itu, industri mamin juga menjadi salah satu sektor utama yang mendukung PDB dari sisi konsumsi rumah tangga.
Konsumsi mamin sendiri adalah komponen utama dalam pertumbuhan PDB konsumsi. Ini artinya, peningkatan daya beli masyarakat secara langsung dapat mendorong pertumbuhan industri ini.
“Dengan adanya tren peningkatan investasi dan konsumsi, industri mamin diproyeksikan untuk terus berkontribusi signifikan terhadap PDB,” terangnya.
Di sisi lain, sektor mamin juga menghadapi tantangan utama berupa kenaikan harga bahan baku dan ketergantungan pada komponen impor, seperti gula dan bahan kimia dasar yang bisa meningkatkan biaya produksi.
Kendati demikian, Josua melihat ada proyeksi penurunan harga komoditas pertanian yang berpotensi meringankan tekanan pada sektor makanan dan minuman.
“Walaupun ada tantangan seperti kenaikan biaya bahan baku akibat harga komoditas yang fluktuatif, proyeksi sektor ini tetap kuat, terutama dengan potensi ekspansi pasar domestik dan internasional,” pungkasnya.