Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Indonesia Tak Khawatir Deflasi 5 Bulan Beruntun

Bagi Bank Indonesia (BI), deflasi lima bulan beruntun bukan sesuatu yang mengkhawatirkan karena tidak menandakan perlambatan ekonomi saat ini.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersama jajaran Dewan Gubernur bank sentral berfoto sebelum konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu (18/9/2024). / Bisnis-Annasa Rizki Kamalina
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersama jajaran Dewan Gubernur bank sentral berfoto sebelum konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu (18/9/2024). / Bisnis-Annasa Rizki Kamalina

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) menyampaikan Indeks Harga Konsumen atau IHK yang mencatatkan deflasi lima bulan berturut-turut tidak menjadi suatu kekhawatiran. 

Deputi Gubernur BI Juda Agung menyampaikan saat ini realisasi IHK masih dalam target Bank Indonesia 2,5±1%, karena itu pihaknya menilai deflasi yang terjadi bukanlah suatu pelemahan yang berlebihan. 

"Kami tidak melihat itu sebuah pelemahan yang berlebihan dari perekonomian," ujarnya di Kantor Bank Indonesia, Rabu (2/10/2024). 

Per September 2024, tingkat inflasi mencapai 1,84 % secara tahunan (year on year/YoY). Namun, terjadi deflasi 0,12% MtM. 

BI menekankan bahwa inflasi saat ini masih terjaga meski mencatatkan deflasi lima bulan beruntun. 

Bank sentral tersebut menyampaikan Inflasi yang terjaga ini merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah. 

Komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,16% dengan andil inflasi sebesar 0,1%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah kopi bubuk dan biaya akademi/perguruan tinggi. 

Inflasi inti yang terjadi pada September 2024 ini lebih tinggi dari September 2023 yang berada di angka 0,12%. Meski demikian, inflasi yang terekam pada periode tersebut lebih rendah dari Agustus 2024 yang mencapai 0,2%. 

Berbeda dengan komponen diatur pemerintah yang mengalami deflasi sebesar 0,04% dan andil 0,01%. Utamanya, tertekan oleh komoditas bensin, sejalan dengan penurunan harga BBM non subisidi pada September 2024. 

Sementara komponen bergejolak mengalami deflasi lebih dalam, yakni sebesar 1,34% dan memberikan andil 0,21%, utamanya cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, daging ayam ras, tomat, daun bawang, kentang, dan wortel.

Senada, sebelumnya Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan komponen yang terjadi deflasi dalam lima bulan terakhir adalah dari harga diatur pemerintah dan harga bergejolak, bukan inflasi inti. 

Rendahnya IHK tersebut akibat rendahnya harga bergejolak yang merupakan buah hasil kinerja TPIP dan TPID. 

Sementara harga yang diatur pemerintah, seperti bahan bakar minyak (BBM), justru menunjukkan deflasi pada September 2024. 

"Kalau core inflation itu yang menentukan deflasi atau tidak deflasi. Kalau dari segi ini, bukan deflasi [bukan pelemahan daya beli]," lanjutnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper