Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Bulog Ingatkan Musim Panen Padi Mundur, Stok Beras RI Terancam?

Bulog memprediksi musim panen padi tahun depan mundur dari perkiraan akibat mundurnya musim penghujan dan dapat berdampak pada stok beras.
Buruh tani memanen padi di lahan persawahan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/8/2024). Bisnis/Abdurachman
Buruh tani memanen padi di lahan persawahan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/8/2024). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, memprediksi musim panen padi tahun depan mundur dari perkiraan akibat mundurnya musim penghujan.

Bayu mengatakan berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Indonesia hingga September 2024 masih dilanda kekeringan dan kemungkinan berlanjut hingga Oktober 2024. Artinya, musim tanam yang sedianya dilakukan saat musim hujan alias September 2024, akan mundur hingga Oktober 2024.

“Jadi tampaknya musim tanam mundur 1 hingga 1,5 bulan,” kata Bayu di Kantor Pusat Perum Bulog, Jakarta, Jumat (30/8/2024).

Mundurnya musim tanam tidak hanya berpengaruh terhadap musim panen, tapi juga ketersediaan beras di pasar. Bayu menuturkan, jika panen baru terjadi pada Januari hingga Februari 2025, pasokan beras dalam negeri di pasar dipastikan belum tersedia. 

Pasalnya, pada periode tersebut diperkirakan akan memasuki musim hujan sehingga proses pengeringan gabah menjadi terhambat. Melihat kondisi ini, Bayu menyebut stok beras kemungkinan mulai membanjiri pasar sekitar bulan Maret 2025. 

Di saat yang bersamaan, tersedianya beras di pasar bersamaan dengan awal Ramadan di mana permintaan komoditas ini meningkat. Oleh karena itu, Bulog mengupayakan agar stok beras tersebar di gudang-gudang Perum Bulog di seluruh Indonesia.

Pihaknya juga memastikan agar bantuan pangan berupa beras yang nantinya disalurkan pada Oktober hingga Desember 2025 dapat terdistribusi dengan baik, termasuk beras SPHP yang dilepas sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah. 

Melansir laman resmi BMKG, Jumat (30/8/2024), hingga dasarian II Mei 2024, pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudera Pasifik menunjukkan indeks ENSO sebesar +0.21 atau dalam kondisi netral.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menyampaikan kondisi indeks ENSO sudah berada pada level netral selama dua dasarian, dan diprediksi akan terus netral sampai periode Juni-Juli 2024. ENSO Netral diproyeksi bakal beralih menuju fase La Nina lemah yang akan bertahan hingga akhir tahun 2024. 

Fenomena ini diperkirakan tidak berdampak pada musim kemarau yang akan segera hadir. Sementara, di Samudera Hindia, pemantauan suhu muka laut menunjukkan kondisi IOD Netral. Kendati begitu, ada kecenderungan beralih ke fase IOD Positif.

Melihat fakta tersebut, Ardhasena menyebut bahwa daerah dengan potensi curah hujan bulanan sangat rendah dengan kategori kurang dari 50 mm per bulan perlu mendapatkan perhatian khusus. Hal ini perlu dilakukan untuk mitigasi dan antisipasi dampak kekeringan. 

Daerah tersebut meliputi sebagian besar Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Bali dan Nusa Tenggara, sebagian Pulau Sulawesi, dan sebagian Maluku dan Papua.

“Memerhatikan dinamika atmosfer jangka pendek terkini, masih terdapat jendela waktu yang sangat singkat yang bisa dimanfaatkan secara optimal sebelum memasuki periode pertengahan musim kemarau,” pungkasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper