Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu meyakini kebijakan insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) untuk pembelian rumah akan menggenjot pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV/2024.
Febrio mengungkapkan pemerintah telah melakukan evaluasi atas kebijakan insentif PPN DTP tersebut yang dimulai pada kuartal IV/2023. Menurutnya, hasil positif sehingga akan dilanjutkan hingga akhir tahun ini.
"Kita lanjutkan kebijakan itu di tahun 2024, sampai bulan Juni 100% dari PPN-nya DTP, lalu kemudian dari Juli sampai akhir tahun nanti 50%," jelasnya di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, Selasa (6/8/2024).
Dia menjelaskan evaluasi pemerintah mengungkapkan bahwa investasi sepanjang tahun ini didominasi oleh sektor konstruksi yang mencapai 70%-75%. Artinya, insentif PPN DTP tersebut mendorong pembangunan dan penjualan rumah sehingga mendorong sektor konstruksi.
"Sehingga kalau banyak konstruksi, pembangunan rumah, kantor, jembatan, dan sebagainya itu terlihat di dalam performance investasi kita. Makanya kalau kita lihat nanti sampai akhir tahun, kita harapkan sisi konstruksi, kalau kita lihat dari sektornya itu, tumbuhnya cukup tinggi juga," ungkapnya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi ada pada angka 5,11% pada kuartal I/2024 dan 5,05% pada kuartal II/2024. Oleh sebab itu, pemerintah meyakini masih ada peluang mencapai pertumbuhan 5,1%-5,2% pada tahun ini.
Baca Juga
Menurutnya, angka tersebut harus diapresiasi karena perekonomian negara masih bisa stabil di tengah ketidakpastian global. Dia mengatakan banyak negara pertumbuhan ekonominya di bawah Indonesia.
"Dibandingkan dengan situasi yang kita hadapi, dan banyak negara yang mengalami kesulitan, pertumbuhan kita di 5,1% sampai 5,2% itu prestasi yang luar biasa," kata Febrio.
Dia meyakini, kestabilan ekonomi pada akhir masa jabatan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bisa menjadi aset kuat untuk pemerintah presiden terpilih periode 2024-2029 Prabowo Subianto.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa ekonomi Indonesia relatif melambat apabila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya atau kuartal I/2024, yang mencapai 5,11%.
Meski tumbuh di atas 5%, nyatanya angka pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih rendah dari sejumlah negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam yang masing-masing tumbuh 5,8% dan 6,93% .
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi 5,05%, meski lebih rendah secara tahunan dan kuartalan, lebih baik daripada pertumbuhan ekonomi negara-negara maju seperti China dan Singapura yang lebih rendah.
"Ini dibandingkan dengan China kita masih lebih tinggi, China 4,7%; sedangkan Singapura sendiri 2,9%; Korea Selatan 2,3%; dan juga terkait dengan Meksiko kira-kira 2,24%," jelas Airlangga dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Senin (5/8/2024).