Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II/2024 Melambat, Waspada Risiko Pelemahan Konsumsi

Ekonom melihat ada tanda pelemahan konsumsi, terutama di kelas berpenghasilan rendah. Padahal, konsumsi rumah tangga merupakan penopang perekonomian Indonesia
Pedagang melayani pembeli di salah satu pasar tradisional di Bogor, Jawa Barat, Selasa (14/3/2023). JIBI/Abdurachman
Pedagang melayani pembeli di salah satu pasar tradisional di Bogor, Jawa Barat, Selasa (14/3/2023). JIBI/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro mengingatkan resiko pelemahan konsumsi masyarakat usai pertumbuhan ekonomi kuartal II/2024 melambat secara tahunan maupun kuartalan.

Andry menilai pertumbuhan ekonomi kuartal II/2024 yang sebesar 5,05% YoY menunjukkan ketahanan di tengah ketidakpastian global. Namun, konsumsi rumah tangga masih terlihat tanggung karena tumbuh stabil di angka 4,93% dengan didorong perayaan hari raya keagamaan.

Meski demikian, Andry juga melihat ada tanda-tanda pelemahan konsumsi, terutama di kelas berpenghasilan rendah. Padahal, konsumsi rumah tangga merupakan penopang perekonomian Indonesia. "Oleh karena itu, menjaga inflasi tetap rendah menjadi keharusan," ujarnya, Selasa (6/8/2024).

Lebih lanjut, dia juga mengingatkan data ekonomi AS terbaru menunjukkan penurunan kinerja ekonomi sehingga meningkatkan kekhawatiran tentang potensi perlambatan ekonomi atau bahkan resesi. Dia melihat, penurunan kinerja ekonomi AS tersebut bisa berdampak negatif kepada perdagangan global.

Terlebih, sambungnya, harga komoditas seperti batu bara dan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) berpotensi turun lebih lanjut karena pelemahan permintaan dari AS ataupun China.

"Akibatnya, perdagangan Indonesia dapat memburuk, tercermin dari penurunan surplus perdagangan baru-baru ini. Secara tahun-ke-tahun, surplus perdagangan telah mencapai US$15,4 miliar pada Juni-24, lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$19,9 miliar," jelas Andry.

Terakhir, dia juga berpendapat konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah dan dinamika politik di AS masih dapat memengaruhi minat investasi.

Dengan demikian, Andry merekomendasikan agar ke depan dukungan terhadap perekonomian dapat berasal dari belanja pemerintah yang lebih tinggi. Apalagi, lanjutnya, pemerintah menargetkan defisit fiskal yang lebih tinggi, sebesar 2,7% dari PDB, dibandingkan dengan target awal sebesar 2,3%.

"Penyaluran subsidi dan perlindungan sosial juga diharapkan dapat bertindak sebagai peredam guncangan di tengah risiko perlambatan ekonomi global," ucapnya.

Andry juga melihat dengan pembentukan dan kebijakan pemerintahan baru, sektor swasta dapat lebih percaya diri untuk berinvestasi atau berekspansi. Apalagi, penyaluran pinjaman bank terutama kredit investasi telah meningkat secara signifikan yaitu tumbuh 15,09% YoY hingga akhir kuartal II/2024. "Mencerminkan optimisme pelaku usaha," ungkapnya.

Dia pun menyimpulkan, Bank Mandiri tetap mempertahankan perkiraan untuk perekonomian Indonesia yang harapkan pertumbuhan 5,06% pada 2024.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper