Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Dunia Wanti-Wanti Indonesia Sulit Keluar dari Middle Income Trap

Bank Dunia mengatakan 108 negara, termasuk Indonesia, China, India, Brasil, dan Afrika Selatan, berada dalam kategori berpendapatan menengah.
Annasa Rizki Kamalina,Jessica Gabriela Soehandoko
Jumat, 2 Agustus 2024 | 17:18
Bank Dunia atau World Bank
Bank Dunia atau World Bank

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Dunia memperingatkan bahwa 108 negara berisiko terjebak ke dalam negara berpendapatan menengah atau middle-income trap dan sulit menjadi negara maju.

Berdasarkan laporan terbaru bertajuk World Development Report 2024: The Middle Income Trap, Bank Dunia menyoroti tantangan besar yang dihadapi oleh negara-negara ini dan mengusulkan strategi komprehensif untuk mengatasinya.

Sebanyak 108 negara, termasuk Indonesia, China, India, Brasil, dan Afrika Selatan, berada dalam kategori berpendapatan menengah dengan PDB per kapita berkisar antara US$1,136 hingga US$13,845.

Negara-negara ini mencakup 75% dari populasi global dan menghasilkan lebih dari 40% PDB dunia. Namun, mereka menghadapi tantangan besar dalam mencapai status negara berpendapatan tinggi.

Kepala Ekonom Bank Dunia Indermit Gill mengatakan perjuangan menuju kemakmuran ekonomi global sebagian besar akan dimenangkan atau dikalahkan oleh negara-negara berpenghasilan menengah.

Bank Dunia mengidentifikasi beberapa faktor yang menyebabkan negara-negara berpendapatan menengah terjebak dalam stagnasi ekonomi, antara lain penuaan populasi, peningkatan proteksionisme, serta kebutuhan transisi energi.

"Namun terlalu banyak dari negara-negara ini yang mengandalkan strategi yang sudah ketinggalan zaman untuk menjadi negara maju. Mereka terlalu lama bergantung pada investasi - atau mereka beralih terlalu dini ke inovasi,” ungkap Gill.

Gill menjelaskan, kondisi tersebut akan membuat negara menengah kalah dalam perlombaan untuk menciptakan masyarakat yang cukup makmur pada pertengahan abad 21.

”Dengan tren yang ada saat ini, China membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun untuk mencapai seperempat pendapatan per kapita AS, Indonesia hampir 70 tahun, dan India 75 tahun,” jelasnya.

Gill mengatakan negara-negara ini perlu pendekatan baru yang bertahap, antara lain fokus pada investasi, kemudian menambahkan penekanan pada infusi teknologi baru dari luar negeri, mengadopsi strategi tiga cabang yang menyeimbangkan investasi, infusi, dan inovasi.

Oleh karena itu, Bank Dunia mengusulkan strategi bertahap 3i sebagai solusi untuk membantu negara-negara keluar dari middle income trap. Strategi ini mencakup tiga fase yang harus diikuti sesuai tahap perkembangan ekonomi masing-masing negara.

Fase 1i pertama merupakan fase iInvestasi. Negara-negara berpendapatan rendah perlu fokus pada peningkatan investasi publik dan swasta untuk membangun fondasi ekonomi yang kuat.

Sementara itu, dalam fase 2i (Investasi dan Infusi), setelah mencapai status berpendapatan menengah bawah, negara-negara perlu mengadopsi teknologi dari luar negeri dan menyebarkannya ke seluruh perekonomian.

Pada tingkat pendapatan menengah ke atas, negara-negara harus beralih lagi ke fase 3i terakhir, yakni gabungan investasi, infusi, dan inovasi.

”Pada fase inovasi, negara-negara tidak lagi hanya meminjam ide dari batas-batas teknologi global-mereka mendorong batas-batas tersebut,” pungkasnya.

Pemerintah Percaya Diri

Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis Indonesia mampu lolos dari jebakan kelas menengah atau middle income trap (MIT).

Optimisme ini berangkat dari capaian sejumlah kota di Indonesia, yakni Jakarta yang telah mencatatkan produk domestik regional bruto (PDRB) perkapita senilai US$20.927 pada 2023. Sementara Kalimantan Timur, tempat Ibu Kota Nusantara (IKN) berada, PDRB perkapita telah mencapai US$13.996.

“Ini mungkin dicapai dan sangat mungkin. Oleh karena itu tantangan selanjutnya bagi kantor Menko kita akan petakan seluruh provinsi,” ujarnya dalam HUT ke-58 Kemenko Perekonomian, Kamis (25/7/2024).

Secara perinci, Airlangga menuturkan bahwa PDRB untuk Jakarta Pusat bahkan telah setara dengan Singapura, dengan PDB mencapai US$50.000 per tahun lalu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper