Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aktivitas Manufaktur China Juli 2024 Diproyeksi Loyo, Stimulus Lanjutan Dibutuhkan

Aktivitas manufaktur China diperkirakan menyusut tiga bulan berturut-turut pada Juli 2024
Seorang pria berjalan melewati rambu Dilarang Masuk di dekat kantor pusat China Evergrande Group di Shenzhen, provinsi Guangdong, China 26 September 2021./Reuters
Seorang pria berjalan melewati rambu Dilarang Masuk di dekat kantor pusat China Evergrande Group di Shenzhen, provinsi Guangdong, China 26 September 2021./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Aktivitas manufaktur China diperkirakan menyusut tiga bulan berturut-turut pada Juli 2024, yang mempertahankan harapan bahwa para pejabat Negeri Tirai Bambu perlu merilis stimulus lebih lanjut. 

Menurut perkiraan median dari 31 ekonom dalam jajak pendapat Reuters, Indeks manajer pembelian (PMI) resmi diperkirakan sebesar 49,3, turun dari Juni 2024 sebesar 49,5. Angka di atas 50 berarti aktivitas berekspansi, sedangkan angka di bawah 50 berarti kontraksi.

Adapun perekonomian China telah tumbuh jauh lebih lambat dari yang diharapkan pada kuartal II/2024, dengan sektor konsumen menjadi penyebab utama kekhawatiran. 

Pertumbuhan penjualan ritel merosot ke level terendah dalam 18 bulan karena tekanan deflasi memaksa bisnis untuk memangkas harga, dari mobil hingga pakaian. 

Meskipun 50% dari obligasi pemerintah bertenor panjang senilai 300 juta juan akan dialokasikan untuk mendukung program tukar tambah konsumen, jumlah tersebut dipandang terlalu sedikit untuk meningkatkan pemulihan ekonomi secara signifikan. Hal ini karena jumlah tersebut hanya setara dengan  0,12% dari PDB dan 0,3% dari penjualan ritel tahun 2023.

Ekspor China yang solid juga telah memberikan sejumlah dukungan kepada pengelola pabrik dalam beberapa bulan dan menopang kemajuan sasaran pertumbuhan pemerintah sekitar 5%. 

Namun, karena semakin banyak mitra dagang yang mempertimbangkan tarif impor, masih belum jelas apakah dorongan itu dapat dipertahankan. 

Lebih rinci, ekspor China tumbuh pada laju tercepat dalam 15 bulan pada Juni 2024, sementara impor menyusut secara tak terduga. Hal ini menunjukan permintaan domestik yang tetap lemah dan produsen menumpuk pesanan terlebih dahulu untuk menghindari tarif dari mitra dagang. 

Konsumsi dalam negeri yang tertekan berkaitan erat dengan turunnya nilai properti, yang menyebabkan keluarga merasa lebih miskin lantaran 70% kekayaan rumah tangga ada dalam bentuk real estat. Harga rumah baru turun pada laju tercepat dalam sembilan tahun pada Juni 2024.

Para kemudian memperkirakan pemerintah akan menerapkan kebijakan lanjutan untuk mendukung properti setelah pertemuan Politbiro, yang diperkirakan berlangsung pada minggu ini. 

PMI resmi akan dirilis pada hari Rabu (31/7). Survei PMI manufaktur Caixin sektor swasta akan dirilis pada 1 Agustus 2024. Analis memperkirakan angka akan menurun menjadi 51,5 dari 51,8.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper