Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan target investasi pada tahun pertama pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto atau pada 2025 dipatok pada rentang Rp1.868,2 triliun hingga Rp1.905,6 triliun.
Deputi Direktur Deregulasi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Theopita Tampubolon menuturkan bahwa target tersebut telah sesuai dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) pada 2025.
“Target investasi [pada 2025] ditingkatkan mencapai Rp1.868,2 triliun sampai Rp1.905,6 triliun,” tuturnya dalam Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024 di Raffles Hotel, Senin (29/7/2024).
Untuk mencapai target atas yang artinya lebih tinggi sekitar Rp250 triliun dari target tahun ini, Theopita menekankan BKPM tidak dapat mewujudkan realisasi tersebut sendirian.
Meski demikian, hingga saat ini pemerintah belum mematok angka pasti target investasi pada tahun depan.
“Capaian target realisasi investasi sangat besar sehingga perlu kontribusi yang erat antara pemerintah pusat dan daerah, kemudian pelaku usaha, asosiasi, akademisi dan kalangan masyarakat,” tegasnya.
Baca Juga
Sampai dengan semester I/2024, BKPM mencatat realisasi investasi mencapai Rp829,9 atau setara dengan 67% dari target Renstra yang senilai Rp1.239,3 triliun. Angka tersebut juga mencapai 50,3% dari target yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) senilai Rp1.650 triliun.
Realisasi tersebut berdampak pada penyerapan tenaga kerja sepanjang Januari hingga Juni 2024 yang mencapai 1,22 juta orang.
Theopita menjelaskan saat ini terjadi pergeseran realisasi investasi yang terlihat dari investasi di luar pulau Jawa yang lebih tinggi dari Jawa.
Sementara berdasarkan sektornya, realisasi investasi tertinggi tercatat pada sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya sebesar Rp122,2 triliun, diikuti sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi Rp89,2 triliun, dan sektor pertambangan Rp87,9 triliun.
Lebih lanjut, Theopita dalam paparannya menjelaskan bahwa Indonesia masih menjadi daya tarik investasi dengan sumber daya alam yang melimpah dan dari sektor energi terbarukan. Selain itu, sisi politik, hukum, dan kebijakan juga cenderung stabil.
Di sisi lain, transformasi ekonomi dari industri sektor primer ke industri berbasis nilai tambah alias hilirisasi masih menjadi salah satu sektor yang memiliki potensi besar menyerap investasi.