Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan realisasi pembiayaan utang pemerintah sepanjang Januari hingga Juni 2024 telah mencapai Rp214, 7 triliun.
Angka tersebut mencakup 33,1% dari target yang ditetapkan dalam APBN tahun 2024 senilai Rp648,08 triliun.
Mengacu dokumen Laporan Semester I APBN 2024, pembiayaan utang terdiri dari Surat Berharga Negara atau SBN (neto) senilai Rp206,18 triliun, Pinjaman Luar Negeri (neto) senilai Rp6,65 triliun, dan Pinjaman Dalam Negeri (neto) sebesar Rp1,86 triliun.
Membandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu atau secara year-on-year (yoy) yang senilai Rp166,5 triliun, artinya pada tahun ini pembiayaan utang lebih tinggi Rp48,2 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan selain untuk menutup defisit APBN, pembiayaan utang juga dipergunakan untuk membiayai pengeluaran pembiayaan, seperti pembiayaan investasi, pemberian pinjaman, serta kewajiban penjaminan.
“Kebutuhan pembiayaan utang tahun 2024 yang masih tinggi diarahkan dalam rangka mendukung kelanjutan konsolidasi fiskal, mendorong peningkatan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat, serta akselerasi transformasi ekonomi,” tulisnya dalam dokumen tersebut, diktuip Jumat (12/7/2024).
Baca Juga
Lebih lanjut, realisasi SBN (neto) pada semester I/2024 mencapai Rp206,18 triliun atau 30,9% terhadap target dalam APBN, lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama 2023 yaitu senilai Rp157,89 triliun atau 36,1% terhadap targetnya dalam Perpres No. 75/2023.
Realisasi semester I/2024 tersebut termasuk realisasi penerbitan SBN secara prefunding pada kuartal IV 2023.
Realisasi penerbitan SBN yang lebih tinggi tersebut merupakan implementasi dari kebijakan frontloading strategy untuk memanfaatkan likuiditas pasar keuangan yang biasanya tinggi di semester I.
Sejalan dengan hal tersebut, Sri Mulyani telah memberikan prognosis bahwa defisit akan semakin lebar mengarah ke 2,7% pada akhir tahun. Alhasil, defisit akan bertambah sekitar Rp80,8 triliun dari target sebelumnya dan membutuhkan utang lebih banyak.
Meski demikian, dirinya berkomitmen untuk menjaga penerbitan SBN tetap rendah dengan mengambil langkah penggunaan Saldo Anggaran Lebih (SAL) Rp100 triliun.
“Kami memperkirakan bahwa pembiayaan anggaran untuk membiayai tambahan defisit Rp80,8 triliun akan dibiayai melalui tambahan penggunaan SAL Rp100 triliun dan penerbitan SBN tetap lebih rendah,” ujarnya dalam Raker Banggar dengan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia, Senin (8/7/2024).
Posisi per Bulan Pembiayaan Utang Sepanjang Januari - Juni 2024
Bulan | Realisasi |
---|---|
Januari | Rp107,56 triliun |
Februari | Rp184,87 triliun |
Maret | Rp104,66 triliun |
April | Rp119,09 triliun |
Mei | Rp132,16 triliun |
Juni | Rp214,7 triliun |
Sumber: Kementerian Keuangan, diolah