Bisnis.com, JAKARTA - Pemerataan investasi dan ekonomi dianggap jadi kunci meningkatkan efisiensi biaya logistik di Tanah Air yang saat ini dinilai masih tinggi dibandingkan beberapa negara lainnya.
Ketua International Federation of Freight Forwarders Associations (FIATA) regional Asia Pasifik, Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan, pemerataan ekonomi di luar Pulau Jawa menjadi pekerjaan utama yang perlu dikebut untuk mengatasi persoalan biaya logistik di dalam negeri.
Musababnya, saat ini biaya logistik yang efisien cenderung hanya terjadi di Pulau Jawa yang menjadi pusat populasi dan ekonomi nasional. Sebaliknya, logistik di wilayah timur cenderung mahal lantaran minimnya muatan balik yang bisa dikirim.
"Di timur, semua kebutuhan di sana didatangkan, terus baliknya kosong, ya pasti mahal," kata Yukki usai menghadiri diskusi Indonesia Port Editor's Club di kawasan Sunter, Selasa (2/7/2024).
Menurutnya, penyebaran investasi saat ini sudah sejalan dengan upaya meningkatkan efisiensi logistik. Yukki menyebut, persentasi penanaman investasi di luar Pulau Jawa sudah lebih mendominasi dari pada investasi di Pulau Jawa.
Data Kementerian Investasi mencatat pada kuartal I/2024, kontribusi investasi di luar Pulau Jawa mencapai Rp201 triliun atau 50,1% dari total capaian realisasi investasi. Sementara realisasi investasi di Pulau Jawa pada kuartal I/2024 mencapai Rp200,5 triliun atau 49,9% dari capaian realisasi pada periode tersebut.
Baca Juga
Dia menuturkan dengan adanya investasi yang masuk di luar Pulau Jawa, akan meningkatkan produksi industri, roda perekonomian, dan pergerakan penduduk di daerah tersebut. Kegiatan ekonomi yang meningkat itu, imbuhnya, akan menurunkan biaya logistik.
"Logistik itu, akan semakin efisien kalau volumenya naik. Kita harapkan pemerataan ekonomi di seluruh Indonesia," jelasnya.
Kendati begitu, Yukki menegaskan, alih-alih terpaku pada hasil indeks kinerja logistik yang dirilis Bank Dunia, seluruh pihak baiknya fokus pada peningkatan dan pemerataan produksi industri nasional.
Menurutnya, kinerja logistik Indonesia tidak bisa disandingkan dengan negara-negara lainnya, karena ada faktor geografis yang menjadi pertimbangan.
Geografis Indonesia yang negara kepulauan terbesar di dunia tentunya memiliki aspek tantangan logistik yang berbeda dengan negara non-kepulauan.
Adapun, kata Yukki, daya saing logistik Indonesia di tingkat Asean saat ini berada di posisi ke-5, dengan Singapura ada di peringkat pertama selanjutnya diikuti oleh Thailand, Vietnam dan Malaysia.
"Ini kan soal persepsi. Indonesia negara begitu besar, jumlah penduduk yang besar. Membangun Indonesia harus lihat dari sisi geografis kita juga," ucapnya.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Jumat (21/7/2023), Logistics Performance Index (LPI) 2023 yang dirilis Bank Dunia mencatat kinerja logistik Indonesia mengalami penurunan drastis dibandingkan data pada 2018. LPI Indonesia pada 2023 menempati peringkat ke 63 dari total 139 negara, kalah dari negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.