Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah Singapura akan menutup lapangan golf 18 lubang terakhir miliknya pada akhir pekan ini. Lapangan golf di dekat Marina Bay itu menyerah dan akan berubah menjadi kawasan pemukiman dan perkantoran. Pertandingan terakhir untuk umum dilakukan pada akhir pekan lalu.
Melansir Bloomberg, Senin (1/7/2024), dengan penutupan ini maka hanya ada satu lapangan golf kecil 9 lubang yang tersisa untuk umum di Singapura. Sementara lapangan golf yang ditutup hanya mampu bertahan kurang dari 18 tahun.
Pemerintah Singapura sebagai pemilik lahan terus melakukan pembangunan kembali lahan untuk perumahan dalam beberapa waktu terakhir seiring lonjakan tinggi harga rumah termasuk sewanya.
Lapangan olah raga lain yang juga bisa dijadikan perumahan adalah lintasan Singapore Turf Club yang dijadwalkan mengadakan balapan terakhirnya pada bulan Oktober, mengakhiri lebih dari 180 tahun pacuan kuda di negara kota tersebut.
Satu-satunya gelanggang es seukuran Olimpiade di Singapura ditutup tahun lalu untuk dijadikan kondominium, sehingga para pemain hoki dan skater tidak punya tempat tujuan.
Di Hong Kong, tindakan serupa menimbulkan penolakan di kalangan elit bisnis, setelah pemerintah mengumumkan akan mereklamasi sebagian lapangan golf eksklusif untuk membangun perumahan umum.
Baca Juga
“Golf tidak pernah menjadi faktor penting untuk berada di Singapura,” kata Mohit Sagar, seperti dikutip dari Bloomberg.
Ekspatriat asal India yang yang sudah 16 tahun bermain golf di negara kota itu menyatakan penyesalannya atas penutupan situs Marina Bay. “Anda bisa bermain golf di Singapura, tapi Anda tidak akan mendapatkan pemandangan seperti ini lagi.”
Marina Bay telah menjadi lapangan umum unggulan sejak dibuka pada tahun 2006, satu-satunya lintasan 18 lubang yang dapat diakses oleh semua orang. Lapangan yang dirancang Phil Jacobs dan memenangkan banyak penghargaan, dengan island hole par-tiga yang khas dan hole par-enam yang langka yang menantang para ahli dan duffer.
Lapangan ini juga menawarkan golf malam, memberikan kelegaan bagi pemain dari panas tropis sepanjang tahun. Pemerintah mengumumkan pada tahun 2014 bahwa mereka tidak akan memperbarui sewa klub ketika habis masa berlakunya pada tahun 2024.
Setelah pandemi Covid-19, para pegolf berbondong-bondong datang ke lapangan selama ketika sebagian besar wilayah kota tersebut ditutup. Mereka dapat menikmati satu putaran, diikuti dengan mie pedas Char Kway Teow dan espresso martini sambil menikmati langir malam Singapura yang penuh cahaya lampu .
Rekor tertinggi pegolf yang bermain di kawasan ini mencapai 10.000 putaran dalam sebulan, naik dari 7.800 putaran sebelum Covid. Sejumlah pegolf harus mengantre sejak malam untuk mendapatkan waktu slot bermain.
“Ini jelas mengecewakan, namun tidak mengherankan karena sejak saya tiba, saya sudah tahu bahwa tempat ini akan ditutup,” kata Tom Hawker, seorang ekspatriat yang telah tinggal di Singapura selama lebih dari satu dekade.
Konsultan bisnis berusia 44 tahun ini mengadakan pertandingan golf terakhirnya pada hari Sabtu di lapangan yang sering ia kunjungi seminggu sekali selama pandemi.
Dengan ditutupnya lapangan Marina Bay ini, lokasi bermain lapangan golf terakhir terletak di Mandai Meski demikian pemerintah juga menjadwalkan akan ditutup pada akhir 2024 ini.
Alternatif bagi pegolf adalah bergabung dengan klub swasta yang mahal, atau pergi ke negara tetangga Malaysia atau Indonesia untuk bermain.
“Di Singapura sudah diketahui bahwa tanah, terutama lapangan golf, akan diambil alih oleh pemerintah untuk membangun fasilitas lain yang dibutuhkan,” kata Langdale.
Banyak dari mereka yang ingin terus bermain memilih pergi ke luar negeri untuk bermain game, katanya.
“Pilihan yang mudah adalah pergi,” kata Hawker, ekspatriat asal Inggris, yang kunjungannya ke Lapangan Golf Marina Bay berkurang menjadi sebulan sekali akhir-akhir ini.