Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produk China Mau Kena Pajak 200 Persen, Pegawai Mal Terancam PHK Massal

Pegawai mal terancam kena PHK massal apabila kebijakan impor produk asal China kena bea masuk 200 persen diberlakukan.
Ilustrasi PHK massal. /Dice Insights
Ilustrasi PHK massal. /Dice Insights

Bisnis.com, JAKARTA - Rencana pemerintah menaikkan bea masuk hingga 200 persen pada produk impor tektsil dan produk tekstil (TPT) asal China dikhawatirkan memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) di kalangan ritel.

Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan, pengenaan bea masuk hingga 200% pada semua kategori impor TPT bakal berdampak pada kinerja ritel di pusat perbelanjaan (mal).

Musababnya, kata dia, terpukulnya industri TPT dalam negeri terjadi terutama akibat impor ilegal. Produk tekstil dalam negeri tidak bisa bersaing dengam produk impor ilegal yang harganya jauh lebih murah.

Namun, lain halnya dengan impor pakaian jadi merek global yang harganya memang lebih tinggi dianggap tidak mengancam keberadaan produk lokal. Pakaian impor merek global seperti Zara misalnya, kata Budihardjo, memang memiliki pangsa pasarnya tersendiri bagi kalangan menengah atas.

"Yang terjadi [jika bea masuk dikenakan 200% ke semua impor TPT] kita enggak akan buka toko, akan berbalik, PHKnya terjadi di ritel di mal-mal," ujar Budihardjo saat dihubungi, Senin (1/7/2024).

Dia lebih setuju apabila pengenaan bea masuk anti dumping (BMAD) dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) yang lebih tinggi dikenakan pada produk TPT impor yang murah. 

Sebaliknya, impor pakaian merek global diharapkan bisa dipermudah untuk ritel modern (departement store). Dengan begitu, gerai ritel di dalam negeri bisa lebih berdaya saing dan mampu menarik wisatawan asing berbelanja ke Indonesia. 

"Kalau yang barangnya sudah mahal kayak Zara yang jutaan itu jangan dinaikkin [bea masuk] malah enggak dateng turis, malah turis Indonesia ke luar negeri. Tambah sepi mall kita," bebernya.

Namun, di sisi lain Budihardjo menegaskan bahwa menaikkan bea masuk bukan jadi solusi utama. Memberantas aliran masuk produk impor ilegal justru dianggap menjadi krusial. Tanpa pengawasan dan penindakan tegas, menaikkan bea masuk dianggap tidak akan efektif menekan banjirnya produk impor ilegal ke dalam negeri.

"Yang bikin banjir impor bukan karena tarifnya tapi karena ada bocor, itu yang harus ditambal dong, kalo kapal bocor ditutup dulu dong sumber air masuknya dicari. Saya bilang ini [menaikkan bea masuk] bukan obatnya, ya obatnya itu impor ilegal yang harus dibatasi," ucap Budihardjo.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, Jumat (28/6/2024), Mendag Zulhas memastikan akan segera menerapkan bea masuk barang impor 100%-200%. Hal tersebut dilakukan untuk menekan masuknya barang impor di pasar domestik yang lambat laun akan mematikan sektor industri dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam negeri.

“1-2 hari ini sedang menyempurnakan aturannya, mudah-mudahan pekan depan selesai,” ungkap Zulkifli usai Opening Ceremony Karya Kreatif Jawa Barat (KKJ) dan Pekan Kerajinan Jawa Barat (PKJB) 2024, di Trans Convention Center Bandung, Jumat (28/6/2024).

Menurut Mendag, hampir seluruh barang impor siap pakai akan dikenakan bea masuk yang rata-rata berkisar di atas 100%.

Beberapa di antaranya seperti produk kecantikan [beauty], alas kaki, Pakaian jadi, TPT dan keramik. Seluruhnya akan dikenakan bea masuk di atas 100%. “Kita mengendalikan impor agar tidak mematikan produk industri dalam negeri,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper