Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemelut Industri Tekstil, Badai PHK dan Janji Investasi China

Gelombang PHK massal masih menerpa industri tekstil seiring banjir impor khususnya yang berasal dari China.
Afiffah Rahmah Nurdifa,Ni Luh Anggela
Kamis, 27 Juni 2024 | 09:00
Pekerja melakukan proses quality control pada produksi tekstil di pabrik PT Trisula Textile Industries Tbk. (BELL) di Cimahi, Jawa Barat, Senin (6/5/2024)/JIBI/Bisnis/Rachman
Pekerja melakukan proses quality control pada produksi tekstil di pabrik PT Trisula Textile Industries Tbk. (BELL) di Cimahi, Jawa Barat, Senin (6/5/2024)/JIBI/Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA- Industri tekstil merupakan usaha padat karya yang belakangan justru bertumbangan, satu per satu perusahaan terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja alias PHK massal. Salah satu yang dituding sebagai biang kerok adalah banjir produk impor khususnya berasal dari China, tetapi teranyar mitra dagang Indonesia itu menjanjikan investasi di sektor tekstil.

Hari ini, Kamis (27/6/2024), segenap serikat buruh tekstil direncanakan melakukan aksi demonstrasi besar-besaran. Mereka menuntut pemerintah untuk mengambil langkah menyelamatkan industri padat karya tersebut.

Ketua Umum Indonesia Pengusaha Konfeksi Berkarya (IPKB), Nandi Herdiaman, menyampaikan, industri tekstil khususnya produsen pakaian skala kecil tengah menghadapi situasi sulit yang disebabkan oleh membanjirnya produk impor.

“Lonjakan impor ini merupakan dampak langsung dari gangguan perdagangan global dan tindakan anti-dumping terhadap Tiongkok,” kata Nandi kepada Bisnis, Rabu (26/6/2024). Menurutnya, kondisi pasar di wilayah Timur yang saat ini mengalami kelebihan pasokan produk tekstil sangat mengancam mata pencarian para pekerja lokal.

Untuk itu, dalam aksi ini setidaknya ada lima tuntutan khusus. Salah satu tuntutan utama, yakni memprioritaskan produksi lokal. Dalam hal ini, para buruh menuntut pemerintah untuk menerapkan pembatasan impor yang lebih ketat pada semua produk pakaian jadi, dan fokus pada penguatan produksi dalam negeri dan swasembada di sektor tekstil.

Para buruh juga mengharapkan perlindungan lapangan kerja domestik. Nandi menyebut, pemerintah harus memprioritaskan kebijakan yang menciptakan lingkungan yang stabil dan berkelanjutan bagi industri tekstil lokal serta memastikan tersedianya lapangan kerja bagi jutaan masyarakat Indonesia.

Lebih jauh, para pekerja tekstil menginginkan ketegasan terkait bisnis pakaian bekas ilegal yang masih merebak. “Tuntut penegakan yang ketat terhadap Permendag 40, yang melarang impor pakaian bekas, untuk mencegah persaingan tidak sehat dan melindungi kesehatan masyarakat,” ujarnya.

Di sisi lain, proteksi terhadap industri tekstil tampak mengalami tarik ulur. Hal itu terlihat sewaktu penerapan kebijakan Larangan dan Pembatasan atau Lartas impor yang dimulai dari penerbitan Permendag No. 36/2023.

Permendag yang juga menerapkan Lartas bagi produk industri lainnya itu, mengalami beberapa kali revisi hingga berujung penerbitan Permendag No. 8/2024 dengan muatan pelonggaran izin impor. Para pengusaha tekstil pun berang, seiring juga badai PHK dari pabrik tekstil besar hingga raksasa seperti PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex.

Alhasil, berdasarkan kabar terkini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) ikut terjun menukangi kebijakan proteksi tekstil. Atas permintaan presiden dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang, lantas Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan sepakat untuk kembali menerapkan kebijakan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) dan Bea Masuk Anti Dumping atau BMAD menyasar produk tekstil hingga kain.

“Jadi Permenkeu akan keluar berdasarkan permintaan beliau [sembari menunjuk Menperin] dan Menteri Perdagangan. BMTP dan BMAD seterusnya akan di-follow up berdasarkan permintaan Mendag dan Menperin," kata Menkeu Sri Mulyani kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (25/6/2024).

JANJI INVESTASI TEKSTIL CHINA

Di tengah gelombang tersebut, Menko Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan mengungkapkan adanya keinginan perusahaan tekstil asal China menanamkan modal. Dia menyingkap rencana investasi itu berupa pendirian dua pabrik di Kertajati, Jawa Barat dan Sukoharjo, Jawa Tengah.

Bahkan Luhut memastikan jumlah tenaga kerja yang terserap dari investasi itu akan menembus 108.000 orang. "Semua kita minta investasi yang berorientais ekspor, kalau mau tumbuh 6,5%-7% harus minta kepada investasi orientasi ekspor. Ini ekspor dia [perusahaan garmen China] bisa sampai US$18 miliar, wah ini saya bilang karpet merah," pungkasnya.

Janji investasi tekstil lainnya datang dari Singapura. Hal itu diungkapkan Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenkomarves Septian Hario Seto.

Dia mengatakan tercatat 11 perusahaan tekstil yang tengah melakukan proses perizinan untuk investasi di dalam negeri. "Ada 11 perusahaan dengan penyerapan tenaga kerja sekitar 40.000 tenaga kerja. Lokasi di Subang, Karawang, Brebes, Solo dan Sukoharjo. Investor China, Singapura dan Indonesia," ujar Seto kepada Bisnis, Rabu (14/6/2024).

Pada kesempatan berbeda, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa mengatakan pihaknya menyambut rencana pembangunan pabrik garmen China. Kendati  demikian, dia mengingatkan persaingan usaha harus dipastikan adil untuk seluruh pemain di pasar domestik maupun ekspor.

"Kompetisi pasti tapi itu sudah sesuatu yang [harus] dihadapi asal fairplay. Kalau persaingan fair ya oke oke saja," kata Jemmy saat dihubungi, Senin (24/6/2024).

Kehadiran investasi baru menjadi angin segar untuk industri, Jemmy berharap penanaman modal asing (PMA) tersebut segera terealisasi untuk memperbaiki kondisi penyerapan tenaga kerja industri tekstil yang terus menyusut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper