Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kadin Sebut Industri Tekstil Digerogoti Oknum, Produk Impor Bablas

Kadin menyebut ada oknum-oknum tertentu yang membuat barang impor tekstil mudah masuk ke Indonesia. Hal inilah yang menggerus pasar domestik.
KADIN SIAP DUKUNG TARGET INDONESIA EMAS Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid menyampaikan paparan saat kunjungan Kadin Indonesia ke redaksi Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (11/6/2024). JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
KADIN SIAP DUKUNG TARGET INDONESIA EMAS Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid menyampaikan paparan saat kunjungan Kadin Indonesia ke redaksi Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (11/6/2024). JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA- Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Indonesia menyoroti kondisi kinerja industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang disebut tengah mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari isu pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan yang tak kunjung mereda.

Ketua Umum Kadin Arsjad mengatakan meski industri TPT tengah diadang berbagai tekanan, tetapi tidak semua subsektor industri mengalami hal yang sama. Hal ini ditunjukkan dengan fundamental makroekonomi yang masih tumbuh positif.

"Pertanyaan yang mendasar adalah apakah industri tekstil kita ini menurun? Tapi juga harus ditanya bagaimana dengan impor-impor yang ada? Bagaimana pembatasan daripada impor?" kata Arsjad di Menara Kadin, Selasa (25/6/2024).  

Asrjad mewanti-wanti melemahnya kondisi industri tekstil lantaran masih ada oknum-oknum tertentu yang membuat barang impor tekstil mudah masuk ke Indonesia. Menurut dia, lemahnya pengaturan tata niaga itu juga berdampak pada UMKM.

Dalam konteks industri pertekstilan, Arsjad menuturkan, bukan pabrikan saja yang terdampak banjir impor, tetapi home industry atau industri rumahan yang terpengaruh kondisi tersebut.

"Jangan sampai barang dari negara-negara tertentu bebas masuk, karena oknum-oknum tertentu yang mengakibatkan yang larinya kepada industri tekstil misalnya, yang dimana juga sangat rentan," ujarnya.

Lebih lanjut, Arsjad juga mengunkap dampak berlanjut dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kepada industri manufaktur nasional. Intervensi yang bisa dilakukan pemerintah tak hanya dari segi penekanan kurs rupiah saja.

Dia mencontohkan, apabila ada industri yang berorientasi ekspor dan membutuhkan bahan baku impor maka alternatif menekan ongkos produksi manufaktur dapat berupa insentif pada bea masuk maupun perizinan impor.

Tak dipungkiri, masih banyak industri lokal yang bergantung pada bahan baku impor. Dalam hal ini, Arsjad menuturkan instrumen berupa insentif penopang untuk industri tersebut diperlukan dalam kondisi saat ini.

"Terus kalau untuk impor, untuk ekspor, mungkin biayanya harus dikatakan bisa nol, misalnya contoh. Ini kan akan membantu. Jadi makanya tadi instrument-instrument untuk membantu penguatan untuk dari sisi manufacturing, bukan hanya dari sisi kurs, tapi memang kita harus berhati-hati," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper