Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah tengah menyiapkan pembangunan moda transportasi LRT di Bali yang sekilas serupa dengan proyek Bali Urban Rail yang digagas oleh Pemprov Bali. Lantas, seperti apa perbedaan kedua proyek ini?
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Risal Wasal, mengatakan LRT Bali adalah salah satu bagian dari Bali Urban Rail yang merupakan rencana pengembangan angkutan massal di Bali.
Risal mencontohkan, salah satu bagian proyek Bali Urban Rail adalah menyediakan angkutan pengumpan (feeder) untuk LRT Bali.
“Mereka itu akan menyediakan feeder untuk apa yang kita buat. Contohnya, [LRT] sampai di Central Park Bali, setelah dari situ naiknya apa nanti mereka yang akan menyiapkan angkutannya itu,” kata Risal di Makassar, Sulawesi Selatan, dikutip Senin (17/6/2024).
Dia menuturkan, ke depannya Pemprov Bali melalui Bali Urban Rail ini dapat meneruskan pembangunan LRT pada tahap selanjutnya.
Meski demikian, dia menyebut, saat ini fokus utama Bali Urban Rail adalah mempermudah akses masyarakat setempat dari dan menuju stasiun-stasiun LRT Bali.
Baca Juga
“Fokus mereka adalah bagaimana menyediakan feeder yang kita bangun hingga masyarakat itu mudah menuju trunk line nya LRT,” jelas Risal.
Adapun, Risal menjelaskan proses studi kelayakan proyek LRT Bali yang dilakukan konsorsium Korea Selatan telah selesai. Dari studi tersebut, proyek ini akan membutuhkan dana sekitar US$876 juta atau setara dengan Rp14,2 triliun.
Risal menuturkan, pihaknya berencana untuk memenuhi pendanaan proyek ini melalui pembiayaan pinjaman luar negeri (loan). Meski demikian, Risal tidak memperinci besaran porsi pinjaman yang ditarik pemerintah untuk proyek ini.
Namun, Risal menyebut sudah ada sejumlah calon investor asing yang tertarik mendanai proyek ini.
"Uni Emirat Arab [UEA] tertarik, kemudian Inggris juga. Cukup banyak negara-negara yang berminat untuk bangun perkeretaapian di Bali," kata Risal.