Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral China Tahan Suku Bunga Acuan di Tengah Tekanan Yuan dan Likuiditas

People's Bank of China (PBOC) mempertahankan suku bunga pinjaman kebijakan satu tahun, atau fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF), pada level 2,5%.
Mata uang Yuan China. Dok. Freepik
Mata uang Yuan China. Dok. Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral China, People's Bank of China (PBOC), mempertahankan suku bunga acuan selama 10 bulan secara beruntun.

Hal ini mengindikasikan bank sentral China yang sangat berhati-hati untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter karena likuiditas yang berlebih dan kebutuhan untuk mencegah pelemahan yuan lebih lanjut.

Melansir Bloomberg, Senin (17/6/2024), PBOC mempertahankan suku bunga pinjaman kebijakan satu tahun, atau fasilitas pinjaman jangka menengah, pada level 2,5% pada Senin, sejalan dengan perkiraan dalam survei Bloomberg. 

Bank sentral menarik 55 miliar yuan (US$7,6 miliar) bersih dari sistem perbankan untuk mencegah likuiditas yang berlebih.

Keputusan ini menunjukkan bahwa bank sentral cenderung untuk menjaga stabilitas mata uang daripada biaya pinjaman yang lebih rendah, meskipun pemulihan ekonomi ini diperkirakan masih rapuh.

Sikap bank sentral yang menahan diri tersebut dinilai dapat meredam harapan pasar terhadap pelonggaran moneter yang telah membuat imbal hasil obligasi lokal berada di dekat level terendah dalam dua dekade terakhir. 

Kepala Ekonom China di ING Bank Lynn Song menilai bahwa penurunan suku bunga akan berdampak positif dalam mendukung perekonomian pada saat ini mengingat data kredit yang lemah.

"Kemungkinan PBOC telah menunda penurunan suku bunga sampai saat ini dengan mempertimbangkan prioritas kebijakan tingkat atas untuk menjaga stabilitas mata uang pada tingkat yang wajar dan seimbang," jelasnya.

Untuk diketahui, yuan dalam negeri pada pekan lalu merosot ke level terlemah sejak November, tertekan oleh selisih suku bunga AS-China yang lebar. 

Likuiditas pasar yang memadai juga mendorong otoritas tetap berada di pinggir lapangan, tercermin dari biaya pinjaman yang lebih murah dari instrumen utang yang populer. 

Suku bunga sertifikat deposito berjangka waktu satu tahun dengan peringkat AAA tercatat turun menjadi sekitar 2%, sehingga aliran dana dari tabungan ke produk-produk wealth management dan aset-aset berimbal hasil lebih tinggi lainnya mengalir dalam bentuk uang tunai ke dalam sistem keuangan.

Kepala strategi makro China di Standard Chartered Bank Becky Liu menilai penurunan likuiditas menandakan kurangnya permintaan akan pinjaman MLF yang lebih mahal.

"Penarikan MLF tanpa penurunan suku bunga diperkirakan akan terjadi, mengingat biaya pendanaan yang jauh lebih rendah di pasar dibandingkan dengan meminjam dari PBOC melalui MLF," ungkap Liu.

PBOC dinilai harus mempertimbangkan margin bunga bersih bank-bank, yang telah menyempit, dan juga nilai tukar yuan, sebelum memangkas suku bunga, menurut dua laporan terpisah dari media pemerintah pada Senin. 

Perekonomian China telah mengalami pemulihan yang tidak merata. Sejumlah data resmi yang dirilis pada hari Senin menunjukkan ekspansi industri yang melambat pada bulan Mei, sementara belanja ritel melampaui estimasi. 

Para ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi China akan mencapai 4,9% pada tahun ini, menurut hasil terbaru dari sebuah survei oleh Bloomberg. Perkiraan ini sejalan dengan target pemerintah China pada kisaran 5%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper