Bisnis.com, JAKARTA — Bank sentral China akan menyuntikkan likuiditas sebesar US$62 miliar (450 miliar yuan) atau setara Rp1.026,7 triliun (asumsi JISDOR Rp16.561 per dolar AS) ke pasar melalui pinjaman satu tahunnya pada Selasa (25/3/2025) esok.
Dilansir dari Bloomberg, Senin (24/3/2025), The People’s Bank of China (PBoC) akan melelang surat utang tersebut dengan metode baru yang memungkinkan bank untuk mengajukan pinjaman dengan harga yang berbeda, yang diberikan dalam jumlah tetap setiap bulan.
Skema tersebut diyakini akan lebih memenuhi kebutuhan lembaga keuangan yang beragam dan menjaga likuiditas yang cukup dalam sistem perbankan.
PBoC mengenalkan skema baru tersebut sebagai upaya mengecilkan peran MLF sebagai suku bunga kebijakan utama. Selama setahun terakhir, bank sentral telah beralih ke kerangka kerja yang lebih sederhana, yang mana suku bunga reverse repo tujuh hari telah menjadi pendorong utama untuk memberi sinyal arah kebijakan.
“Volume tetap, lelang berdasarkan penawaran adalah langkah lain yang diambil untuk memudarkan peran suku bunga MLF sebagai panduan kebijakan,” kata Frances Cheung, kepala strategi valas dan suku bunga di Oversea-Chinese Banking Corp.
Sebelumnya, Perdana Menteri China Li Qiang menyatakan negaranya siap menghadapi gejolak usai Presiden AS Donald Trump bersiap mengumumkan kebijakan tarif baru pada bulan depan.
Baca Juga
Dalam pertemuan China Development Forum, Li mengatakan negara-negara harus membuka pasar untuk menghadapi fragmentasi ekonomi yang semakin besar. Adapun, pertemuan itu dihadiri oleh para pemimpin bisnis global dan Senator Partai Republik AS, Steve Daines, yang sedang berkunjung.
Li juga menegaskan kembali janji bank sentral bahwa para pembuat kebijakan akan memangkas suku bunga dan rasio persyaratan cadangan ketika tepat waktu. Dia juga berjanji untuk menawarkan lebih banyak dukungan ketika diperlukan untuk memastikan ekonomi berjalan lancar.
"Ketidakstabilan dan ketidakpastian sedang meningkat. Saat ini, saya pikir lebih penting bagi masing-masing negara kita untuk lebih membuka pasar, dan bagi semua bisnis kita untuk lebih banyak berbagi sumber daya mereka," ujar Li dikutip dari Bloomberg, Senin (24/3/2025).
Para eksekutif termasuk Tim Cook dari Apple Inc., Cristiano Amon dari Qualcomm Inc., Albert Bourla dari Pfizer Inc., dan Amin Nasser dari Saudi Aramco menghadiri konferensi dua hari tersebut.