Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral China (PBOC) Lebih Memilih Tahan Suku Bunga Acuan

Bank Sentral China (People Bank of China/PBOC) memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya pada Senin (15/4/20024).
Jessica Gabriela Soehandoko,Yustinus Andri DP
Senin, 15 April 2024 | 09:07
Bank Sentral China (PBOC) Lebih Memilih Tahan Suku Bunga Acuan. Seorang pejalan kaki melewati depan Gedung Peoples Bank of China/ Bloomberg
Bank Sentral China (PBOC) Lebih Memilih Tahan Suku Bunga Acuan. Seorang pejalan kaki melewati depan Gedung Peoples Bank of China/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Sentral China (People Bank of China/PBOC) memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneternya, yakni dengan menahan suku bunga acuannya pada Senin (15/4/20024).

Seperti dikutip dari Reuters, PBOC menyatakan pihaknya mempertahankan suku bunga pinjaman sebesar 2,50% untuk  fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) satu tahun senilai 100 miliar yuan (US$13,82 miliar) kepada beberapa lembaga keuangan.

Dengan pinjaman MLF senilai 170 miliar yuan yang akan berakhir bulan ini, operasi tersebut menghasilkan penarikan bersih dana segar sebesar 70 miliar yuan dari sistem perbankan.

Bank sentral juga menyuntikkan 2 miliar yuan melalui reverse repo tujuh hari sambil mempertahankan biaya pinjaman tidak berubah di 1,80%.

Adapun, dalam jajak pendapat yang dilakukan Reuters terhadap 31 pengamat pasar, seluruh responden memperkirakan PBOC akan membiarkan suku bunga MLF tidak berubah.

Terpisah, Fitch Ratings baru saja merevisi prospek utang luar negeri jangka panjang China menjadi negatif dari stabil. Salah satu alasan revisi ini adalah meningkatnya risiko terhadap prospek keuangan publik di Negeri Tirai Bambu tersebut.

Menurut pernyataan resmi Fitch Ratings pada Rabu (10/4/2024), meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan usaha China untuk mengubah model pertumbuhannya dari model yang didorong oleh pasar properti telah menyebabkan penurunan penyangga fiskal dari perspektif pemeringkatan.

“Kebijakan fiskal kemungkinan besar akan memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan di tahun-tahun mendatang yang dapat menjaga tren kenaikan utang yang stabil,” jelasnya, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (10/4/2024).

Fitch juga memperkirakan bahwa risiko kewajiban kontinjensi mungkin meningkat, karena pertumbuhan nominal yang lebih rendah akan memperburuk tantangan dalam mengelola leverage perekonomian yang tinggi.

Meskipun demikian, peringkat aktual emiten-emiten gagal bayar China tetap dipertahankan pada level A+ dengan mempertimbangkan ekonominya yang besar dan terdiversifikasi, prospek pertumbuhan ekonomi yang masih solid dibandingkan negara-negara lain, kekuatan dalam perdagangan barang global, kekuatan eksternal yang kuat dan status mata uang cadangan yuan.

Di lain sisi, Fitch memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi China akan melambat menjadi 4,5% pada 2024 dari 5,2% pada tahun lalu. Proyeksi ini berbeda dengan Citi dan Dana Moneter Internasional (IMF) yang merevisi ke atas proyeksi China.

Kemudian, produksi pabrik dan penjualan ritel China pada Januari-Februari 2024 telah melampaui perkiraan. Data ekspor dan inflasi konsumen juga lebih baik dari ekspektasi, sehingga memberikan dorongan awal bagi China untuk mencapai target produk domestik bruto (PDB) sebesar 5% pada 2024, yang dinilai ambisius oleh para analis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Reuters & Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper