Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Tak Lagi Digdaya, India Bakal Gantikan Jadi Mesin Ekonomi Asia

ADB memperkirakan perekonomian India akan menjadi mesin pertumbuhan utama di kawasan Asia dan Pasifik, menggantikan China
Monumen dengan motif bendera India yang berada di New Delhi, India yang terlihat pada Kamis (2/3/2023). KTT G20 berlangsung di India (kini bernama Bharat) pada tahun ini. / Bloomberg-Prakash Singh
Monumen dengan motif bendera India yang berada di New Delhi, India yang terlihat pada Kamis (2/3/2023). KTT G20 berlangsung di India (kini bernama Bharat) pada tahun ini. / Bloomberg-Prakash Singh

Bisnis.com, JAKARTA – Asian Development Bank (ADB) memperkirakan perekonomian India akan menjadi mesin pertumbuhan utama di kawasan Asia dan Pasifik, baik pada tahun ini maupun pada 2025.

ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi kawasan akan mencapai 4,9% pada 2024 dan 2025, yang ditopang oleh kuatnya permintaan domestik, membaiknya ekspor semikonduktor, dan pulihnya sektor pariwisata.

Meski demikian, pertumbuhan pada 2024 yang diperkirakan sebesar 4,9% tersebut melambat dari pertumbuhan pada 2023 yang tercatat sebesar 5%.

Jika dirincikan, pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia  berkembang kecuali China, justru diperkirakan menguat menjadi 5% pada 2024, dari pertumbuhan pada 2023 yang sebesar 4,8%.

Kepala Ekonom ADB Albert Park menyampaikan bahwa pertumbuhan yang lebih kuat diperkirakan terjadi di Asia Selatan dan Tenggara, yang didorong oleh permintaan domestik dan ekspor.

Ekonomi India misalnya, diperkirakan tetap menjadi mesin pertumbuhan penting di Asia dan Pasifik, dengan pertumbuhan sebesar 7,0% tahun ini dan 7,2% tahun depan.

“Kami berpandangan bahwa pertumbuhan pada mayoritas perekonomian di kawasan Asia yang sedang berkembang akan stabil pada tahun ini dan tahun berikutnya,” kata Albert melalui keterangan resmi, Kamis (11/4/2024).

Pertumbuhan di India akan ditopang oleh keyakinan konsumen masih membaik dan investasi secara keseluruhan yang masih kuat. Permintaan eksternal pun mulai terlihat berbalik positif, terutama pada sektor terkait semikonduktor.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi China diperkirakan melambat menjadi 4,8% pada tahun ini dan 4,5% pada tahun depan, dari sebelumnya 5,2% pada 2023.

Pertumbuhan ekonomi di Asia Selatan dan Tenggara dinilai akan mengimbangi perlambatan di China akibat kemerosotan pasar properti dan lemahnya konsumsi.

ADB mengingatkan bahwa para pembuat kebijakan harus tetap waspada karena masih terdapat sejumlah risiko yang akan menahan laju pertumbuhan ekonomi, diantaranya gangguan rantai pasokan, ketidakpastian mengenai kebijakan moneter Amerika Serikat, efek cuaca ekstrem, dan berlanjutnya pelemahan pasar properti di China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper