Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alarm Dampak Perang Dagang AS-China terhadap Manufaktur RI

Dampak terhadap perang dagang dua negara mitra terbesar Indonesia, China dan Amerika Serikat, diyakini tetap ada meskipun saat ini belum nampak.
EKSPOR SULSEL MENINGKAT Bongkar muat petikemas di Termilan New petikemas Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan, Senin(13/5/2024)/JIBI/Bisnis/Paulus Tandi Bone
EKSPOR SULSEL MENINGKAT Bongkar muat petikemas di Termilan New petikemas Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan, Senin(13/5/2024)/JIBI/Bisnis/Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA — Konflik panas hubungan perdagangan China dan Amerika Serikat (AS) mulai diwanti-wanti sejumlah negara, termasuk Indonesia. 

Peneliti China-Indonesia di Center for Economic and Law Studies (Celios) Muhammad Zulfikar Rakhmat mengatakan dampak terhadap perang dagang dua negara mitra terbesar Indonesia itu pasti ada, meskipun saat ini belum nampak. 

"Menurut saya, pemerintah dan pelaku usaha harus mulai diversifikasi mitra, jangan bergantung hanya dengan AS dan China, perang dagang ini menurut saya dorongan untuk Indonesia untuk menyebarkan jaringnya," ujarnya kepada Bisnis, dikutip Minggu (9/6/2024). 

Di satu sisi, kebijakan Presiden AS Joe Biden yang menerapkan tarif impor tinggi terhadap produk China dapat menjadi hantaman lantaran potensi China mengalihkan pangsa pasar produknya ke berbagai negara, Indonesia menjadi salah satu sasarannya. 

Hal ini dinilai dapat memicu peningkatan produk impor barang konsumsi dari China. Untuk itu, pemerintah dinilai perlu melakukan pengetatan atau proteksi terhadap industri dalam negeri. 

Sebagaimana diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) impor dari China mendominasi dengan kontribusi 33,06% YoY terhadap total impor nonmigas pada April 2024, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 31,25% YoY. 

Secara tahunan, nilai impor nonmigas dari China mengalami peningkatan menjadi US$4,33 miliar pada April 2024, lebih tinggi dari April 2023 senilai US$4,14 miliar. 

Sedangkan, di sisi lain, Zulfikar mendorong RI untuk memperluas mitra dagang dan tidak lagi bergantung pada negara tersebut. Artinya, potensi emerging market harus mulai digarap untuk mempertahankan surplus neraca dagang. 

"Momentum ini bisa diambil oleh Indonesia untuk diversifikasi mitra, meningkatkan daya saing produknya, jadi ini juga kesempatan untuk kita dan memanfaatkan peluang," tuturnya. 

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pemerintah terus mewaspadai konflik perdagangan AS dan China dan kondisi ekonomi global yang tidak pasti karena terjadi fragmentasi. 

Kondisi global saat ini menjadi pemicu mulai dari rantai pasok global yang rentan, munculnya tarif impor barang AS yang naik berkali-kali lipat, harga komoditas meningkat, hingga inflasi AS yang semakin sulit turun.  

"Tarif 4x lipat untuk barang-barang China dari produk EV dan pengaruh ketidakpastian dengan disrupsi ini dengan harga komoditas yang cenderung meningkat," tutur Sri Mulyani.

Sekjen Kementerian Perindustrian Eko S. Cahyanto sempat menyinggung situasi panas hubungan perdagangan AS-China. Menurut dia, RI tetap pada posisi terbuka dengan seluruh mitra dagang dunia. 

"Saat ini dengan China saja pada kenyataannya mereka jadi partner dagang terbesar kita. Saya kira kita perlu memanfaatkan posisi Indonesia di dunia, bahwa kita tidak punya preferensi tertentu," ujarnya, beberapa waktu lalu. 

Eko menilai Indonesia saat ini pada posisi yang cukup kuat, meski mulai menghadapi beberapa hambatan perdagangan yang mesti diatasi. Namun, pemerintah terus memperkuat kerja sama perdagangan dan bilateral seperti Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper