Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk RI Robert Blake mengatakan bahwa sikap yang diambil oleh negara-negara seperti Indonesia menjadi hal yang penting di tengah perang dagang AS vs China.
Blake menjelaskan bahwa jika melihat dari perspektif Washington, semakin jelas bahwa adanya persaingan strategis dalam pengaruh antara AS dan China yang berlangsung global, tidak hanya di kawasan Asia Pasifik.
“Dan masing-masing dari kami [AS dan China] berusaha mempromosikan cara berpikir mereka sendiri,” tutur Blake dalam a conversation with Ambassador Robert Blake: Update on US Foreign Policy and Election oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta pada Senin (20/5/2024).
Dia menjelaskan bahwa AS mempromosikan demokrasi dan pasar yang bebas dan terbuka. Sedangkan China mempromosikan visi yang berbeda, lebih pada negara pengawasan, kapitalisme yang dijalankan negara, dan sebagainya.
Menimbang perbedaan visi tersebut, menurutnya, penting bagi negara-negara seperti Indonesia dalam menentukan sikapnya. Adapun, negara-negara kunci dinilai akan semakin penting dalam beberapa tahun ke depan.
“Dan Anda akan melihat negara-negara seperti India dan Indonesia, Uni Emirat Arab [UAE], Turki, dan Brasil, Nigeria, orang-orang akan semakin fokus pada pengembangan hubungan tersebut karena keputusan yang mereka ambil tentang beberapa isu ini akan sangat penting dan akan membantu mempengaruhi apa yang dilakukan negara-negara lain di seluruh dunia,” ungkap Blake.
Di lain sisi, Blake menuturkan bahwa AS ingin meningkatkan hubungan dengan Indonesia. Sang Tanah Air dinilai sudah menjadi pasar besar, namun akan menjadi pasar yang lebih penting lagi untuk tahun-tahun mendatang.
Lanjutnya, ia mengatakan bahwa Indonesia memiliki populasi yang relatif muda dan keberhasilan yang telah diraih Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam mendiversifikasi sumber pertumbuhan.
“Jadi sekarang Anda [Indonesia] memiliki ekonomi digital yang sangat dinamis. Anda sekarang memiliki ekonomi hijau yang sedang berkembang. Anda memiliki infrastruktur yang jauh lebih kuat sehingga biaya logistik dan hal-hal lain telah turun sehingga ketika perusahaan-perusahaan mulai berpindah dari China,” terangnya.
Dia mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut kini khawatir mengenai pertumbuhan China di masa depan, dan tindakan China terhadap perusahaan-perusahaan swasta. Demografi China juga dikhawatirkan akan memperlambat pertumbuhan di tahun-tahun mendatang.
Namun, para perusahaan tersebut tidak akan meninggalkan China, melainkan melakukan langkah tersebut untuk mengimbangi risiko, dengan memindahkan sebagian produksi mereka ke luar negeri.
Kini, sebagian besar perusahaan telah memindahkan produksi ke Vietnam. Namun, seiring Indonesia memperbaiki iklim investasinya, seperti menurunkan biaya logistik di tempat-tempat seperti Jawa Tengah, ia menuturkan bahwa ada peluang yang sangat penting.
Hal ini juga terlihat dengan banyaknya perusahaan AS yang mencari tekstil, furniture, alas kaki dan lain-lain dari Indonesia.
Dia menilai bahwa potensi itu dapat bertambah menimbang adanya aspek mineral kritis lantaran Indonesia memiliki pasokan seperti nikel, bauksit dan tembaga. Terdapat juga aspek dari perekonomian digital, kesehatan dan pendidikan.
“Semua ini adalah area yang sangat menjanjikan untuk kerja sama masa depan antara kedua negara kita,” jelasnya.