Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memperkirakan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) Indonesia akan melebar pada kuartal I/2024. Kondisi itu berpeluang terjadi seiring dengan surplus neraca perdagangan yang menyusut.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan neraca transaksi berjalan Indonesia akan mencatatkan defisit -0,40% dari PDB pada kuartal I/2024, yang mana pada kuartal I/2023 mengalami surplus sebesar 0,90% dari PDB.
“Hal ini juga menunjukkan pelebaran dari defisit -0,38% dari PDB pada kuartal IV/2023,” katanya, dikutip Minggu (19/5/2024).
Josua mengatakan pelebaran defisit transaksi berjalan tersebut terutama dipengaruhi oleh surplus neraca perdagangan yang menurun dari US$12,11 miliar pada Januari-Maret 2023 menjadi US$7,41 miliar pada Januari-Maret 2024.
Adapun, defisit transaksi berjalan Indonesia pada kuartal IV/2024 yang sedikit meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya, masih ditopang oleh surplus neraca perdagangan barang yang meningkat.
Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI), kondisi ini didukung oleh kenaikan ekspor barang sejalan dengan perbaikan permintaan global dan harga komoditas.
Baca Juga
Di sisi lain, impor barang meningkat sejalan dengan naiknya kebutuhan masyarakat pada periode Natal dan Tahun Baru.
Sementara itu, defisit neraca jasa dan neraca pendapatan primer tercatat lebih tinggi, sejalan dengan peningkatan aktivitas domestik dan pola pembayaran bunga pada periode laporan.
Adapun sepanjang 2023, transaksi berjalan mencatatkan defisit sebesar US$1,6 miliar atau 0,1% dari PDB, setelah membukukan surplus sebesar US$13,2 miliar atau 1,0% dari PDB pada 2022.
Josua memperkirakan, defisit transaksi berjalan akan tetap terkendali pada 2024, menjadi 0,75% dari PDB.
Dia menjelaskan, ekspektasi ini didorong oleh beberapa faktor, termasuk normalisasi harga komoditas secara bertahap, juga permintaan domestik yang solid sejalan dengan prospek ekonomi domestik yang positif.
Selain itu, Josua juga memandang bahwa meningkatnya ketidakpastian global masih akan berdampak pada permintaan global secara keseluruhan.